Kali Ini, Pahlawan Sesungguhnya pada Kemenangan Borneo FC Vs Persis Bukanlah Peralta, tapi 5 Ribu Penghuni Tribun Segiri

MENGGILA: Para pendukung di stadion meluapkan kebahagiaannya usai gol Peralta. (BFCS)

Kemenangan Borneo FC atas Persis terjadi sangat dramatis. Mariano Peralta muncul sebagai pahlawan kemenangan di menit terakhir. Juan Villa menjadi pemain terbaik pertandingan berkat 101 menit kerja kerasnya. Namun pahlawan sesungguhnya adalah 5 ribu manusia di tribun Segiri. Mereka melakukan hal yang terakhir kali dilakukan pada 2023 silam. Dan itu bekerja.

Oleh: Ahmad A. Arifin (Dang Tebe) –Pengamat Borneo FC Samarinda

Bacaan Lainnya

Saya bukanlah Si Paling Segiri. Tapi sedikit banyak, saya ikut menjadi saksi langsung dari pertumbuhan penonton di Stadion Segiri. Dari masih ratusan, menyentuh angka seribuan, 3 ribuan, 5 ribuan, lalu puncaknya pada musim 2023/24 yang mencapai 8 hingga belasan ribu. Lalu musim ini kembali ke angka 5 ribuan penonton lagi.

Tapi ini bukan pembahasan soal angka. Namun apa yang di tribun setiap laga Borneo FC Samarinda.

Pada musim emas 2023/24, bukan hanya jumlah penontonnya yang selalu membeludak. Tapi sekaligus memvalidasi bahwa pendukung yang hadir adalah Pemain Ke-12 Pesut Etam.

Sebabnya, di tahun itu, lautan manusia di tribun Segiri sangat berisik. Lantangnya suara mereka bikin merinding. Membakar semangat bertanding penggawa Borneo FC, sekaligus membuat mental pemain lawan runtuh. Hal ini membuat Pasukan Samarinda sulit dikalahkan di kandangnya. Saking angkernya, Stadion Segiri sampai dijuluki Theater of Hell.

Kebisingan Tribun Segiri

Senin, 25 September 2023. Borneo FC menjamu PSM di Stadion Segiri. Pertandingan sangat intens sejak awal. Namun hingga babak pertama berakhir, skor masih imbang kacamata. Di babak kedua, Pesut Etam dan Juku Eja saling jual beli serangan, tapi hingga satu jam laga berlalu, tak ada juga gol tercipta.

Kebuntuan itu menyebabkan para pemain frustasi. Penatnya menular ke tribun. Untuk beberapa saat, suasana stadion sepi senyap. Bahkan para Pemain Ke-12 bingung harus berbuat apalagi untuk menyemangati pemain di lapangan.

Lalu pada menit ke-70-an, Tribun Timur mulai berisik. Kebisingan itu menular ke seluruh penjuru stadion. Entah siapa yang memulai, yang jelas, tiba-tiba suasana di stadion menjadi sangat pekak. Siapa pun di tribun akan merinding merasakan sengatan moril itu. Para pemain tak terkecuali.

Dari yang sebelumnya sempat letoy, mereka seolah mendapatkan doping setelah tribun menjadi berisik. Sebuah sengatan yang menghentak. Darah mereka panas lagi. Permainan skuad Pesut Etam garang lagi.

Puncaknya pada menit ke-83, Leo Lelis mengeksekusi penalti yang didapatkan Sihran. Bola melesak ke gawang PSM. Segiri meledak! Itu adalah malam yang tak terlupakan.

Carita lain datang masih di 2023, tapi di musim sebelumnya. Tepatnya pada pada 3 April 2023, Borneo FC menjamu Bali United di Stadion Segiri. Pertandingan berlangsung sore hari, tapi panasnya bukan main. Namun pertandingan berjalan tidak seimbang. Sampai menit ke-49, Pesut Etam sudah unggul 4-1 dari tamunya.

Pada menit ke-69, Stefano siap-siap mengambil tendangan bebas. Dari Tribun Timur, ribuan manusia berkaos jingga menyanyikan sebuah chant.

Stefano Lilipaly

Stefano Lilipaly

Stefano … Stefano …  Stefano … Lilipaly

Lalu pada menit ke-69.46, tepat ketika chant selesai dinyanyikan dan wasit meniup peluit. Bola hasil tendangan kaki kanan meluncur deras ke gawang Muhammad Ridho. Pesut Etam menang besar dengan skor 5-1.

Sepanjang tahun 2023, Stadion Segiri penuh dengan cerita magis yang diakibatkan kebisingan dari arah tribun.

Tak Lagi Ribut

Awal 2024, Nadeo Argawinata cs terpaksa harus menjalani masa-masa musafir. Segiri direnovasi. Kembali pada awal 2025 setelah melewati banyak drama. Kembali ke Segiri menggema, menciptakan antusiasme besar dari kalangan pendukung.

Tapi ada 2 hal yang tak ikut kembali. Yakni kebisingan dari tribun, dan keangkeran Segiri. Keduanya, entah kenapa bisa hilang begitu saja.

Tiga kelompok suporter, sebenarnya seperti biasa, menciptakan bunyi-bunyian. Namun penonton umum relatif kalem. Sehingga tercipta suasana, di mana kelompok perkusi seperti asyik sendiri. Tak ada transfer energi.

Muncul Lagi Semalam

Saya harus menuliskan tanggal ini … Senin malam, 22 September 2025. Agar menjadi jejak digital, menjadi sejarah bahwa kebisingan Segiri telah kembali malam tadi.

Sejak awal laga, Borneo FC telah mendominasi laga. Memaksa Persis yang seperti tak niat menang, menjadi makin tak berniat melawan. Bola terus mengalir di area permainan Persis. Permainan satu arah terjadi.

Satu peluang lewat, peluang lain lewat, peluang berikutnya lewat. Pesut Etam menciptakan banyak peluang dan upaya tembakan. Tapi gol yang diharapkan tak pernah terjadi.

Dari antusias, penonton mulai frustasi. Kebisingan yang terjadi bukannya kata-kata dukungan, namun ekspresi kegemasan –gak gol lagi nih?

Satu jam pertandingan berjalan, para pemain tuan rumah mulai kehilangan napas. Terus menerus menyerang telah membuat energi mereka terkuras. Diperparah oleh psikis yang terguncang. Dalam tekanan adrenalin yang sudah memuncak, semua upaya serangan mereka selalu gagal.

Jika satu gol saja tercipta, gelombang adrenalin itu akan menguap dan membuat badan mereka lebih rileks. Sebaliknya, karena tidak ada gol, letupan adrenalin justru menekan tubuh mereka seolah mendapat dampak gravitasi ganda.

Napas terengah, langkah menjadi berat, tatapan mulai nanar. Harapan mencetak gol nyaris saja musnah. Sampai … tribun Segiri, sekali lagi menciptakan keajaiban.

Dari arah selatan, timur, utara, dan VVIP. Hampir semua penonton terus memohon dalam pekikan mereka. Mencoba memberi semangat di setiap momen menyerang. Puluhan kekecewaan sebelumnya tak lagi mereka pedulikan.

Sebagian buuuesar penonton hanya ingin pulang dengan sebuah perayaan. Karena itu lah mereka tak akan membiarkan para pemain berjuang sendirian. Sengatan itu sampai ke kaki pemain.

Tenaga Terakhir Peralta

Dari tribun media, saya melihat langkah Peralta –misalnya. Sudah sangat berat. Larinya tak lagi intens, dia lebih sering menunggu bola, lalu kembali memakai sisa napasnya untuk mencoba peruntungan. Kepalanya juga sudah dikendalikan nafsu. Tidak ada lagi ketenangan seperti menit-menit sebelum frustasinya muncul.

Dua pemain yang masih bisa tampil dengan penuh kewarasan hanya Rivaldo dan Juan Villa. Selebihnya, bertindak grusak-grusuk. Bahkan para pemain pengganti pun tampil tidak sabaran.

Pemain Persis yang sedikit-sedikit meraung kesakitan juga membuat suasana makin buruk. Ritme terganggu, Borneo FC makin tertekan oleh ekspektasinya sendiri.

Kemudian …

Di menit 90+8, Peralta yang sudah benar-benar kehabisan tenaga, mengayunkan umpan terakhirnya ke Juan Villa di dekat Riyandi. Bola meluncur tak terlalu deras ke rekannya –yang berusaha menyundul bola kiriman itu.

Upaya Juan Villa gagal, tandukannya tak mengenai bola, namun justru itu yang mengubah keadaan. Ahmad Riyandi yang fokus pada Juan Villa, kehilangan pengawasan terhadap bola.

Bola hasil umpan Peralta, justru meluncur pelan ke gawangnya. Gol. Ya, itu GOL! BENAR-BENAR GOL. DI MENIT TERAKHIR, DI MASA TAMBAHAN WAKTU BABAK KEDUA.

Siapa yang tak gila? Pemain, pelatih, staf, dan 5 ribuan orang di tribun. Semua meledak! Benar-benar meledak!

Ledakan rasa yang sulit digambarkan. Saya membaca di media sosial kesaksian beberapa pendukung yang menonton dari layar kaca. Mereka bersorak gila di rumahnya. Tapi kejadian pasca-gol Peralta di tribun Segiri sama sekali tak bisa saya gambarkan lewat kata-kata. Karena, pelepasan amarah dan leganya begitu besar.

Kegilaan seperti ini, terakhir kali terjadi pada 7 Maret 2024, di Stadion Batakan. Kala itu, Pesut Etam tertinggal 0-1 hingga menit ke-90. Lantas membuat 2 gol balasan di masa tambahan waktu. Gol bunuh diri Kasim Botan pada menit ke-90+1 sudah membuat lega. Lantas gol Ikhsan 6 menit berikutnya membuat Batakan seperti terkena gempa.

Kegembiraan yang hadir setelah frustasi, adalah kesenangan langka. Yang hanya bisa dirasakan jika hadir ke stadion.

Kali Ini, Mereka Pahlawannya

Saya menaruh hormat besar pada semua pemain yang telah berjuang. Tidak ada kritikan. Kalian sangat luar biasa.

Namun kali ini, saya lebih ingin mengucapkan terima kasih yang lebih besar, pada mereka semua, yang tanpa lelah memberi semangat –yang lalu melompat ketika gol Peralta terjadi, kemudian mengeluh suara habis pascalaga. Para pendukung yang gila, kalian ada pahlawan sesungguhnya. Setidaknya untuk saya. Kalian bukan hanya menyalurkan energi ke kaki kanan Peralta, juga rekan-rekannya hingga bisa terus berlari sampai detik terakhir. Tapi sekaligus membangkitkan kenangan saya pada hari-hari pertandingan di 2023.

Semoga kalian, kita, bisa terus berisik seperti ini. (has)

Bagikan:

Pos terkait