Sang suami awalnya tak mengizinkan, karena khawatir istri tercintanya sakit. Namun, niat Katharina Natalia sudah kadung bulat. Usaha pun dimulai dengan modal minim. Namun, ternyata bisa memberdayakan kaum ibu dan remaja di sekitarnya.
Oleh: Elton Wada – Berau
Mediaetam.com, Berau – Orang-orang Kampung Sukan Tengah, Kecamatan Sambaliung, Berau dan para kerabat lebih akrab memanggilnya Lia.
Sejak 2021, perempuan paruh baya ini, memulai usaha makanan dengan mengolah produk berbahan kacang, kemudian ia kemas dengan merek Lia Home Made.
Alhasil, Lia Home Made berhasil memproduksi kacang kentucky, kacang mede crispy, kacang ting-ting rasa jahe, teri kacang pedas manis, kukis jahe dengan kandungan kacang tanah, kukis kacang, dan kacang wijen.
Dalam waktu dekat, juga bakal menambah varian brownis cokelat kacang. Produknya pun kini sudah ada di berbagai warung dan toko swalayan di Berau.
Sebenarnya, Lia adalah guru di SD 001 Sukan Tengah, selain itu dia juga menampung anak-anak yatim untuk tinggal di rumahnya dan membiayai sekolah mereka.
Mengawali usaha ini, sebenarnya tak mudah. Suaminya sempat menentang Lia, karena khawatir istrinya sakit.
Apalagi, Lia juga sudah punya kesibukan sebagai guru. Tetapi Lia tak patah arang meyakinkan suaminya. Dia juga berniat untuk merangkul ibu-ibu di sekitarnya, supaya mereka punya penghasilan sendiri.
“Termasuk persiapan saya untuk pensiun nanti. Itu niat awal saya,” cerita dia kepada jurnalis Mediaetam.com, pada Selasa (24/01/2023), di rumahnya di Jalan Kelimutu Kampung Sukan Tengah.
Lia memulai usaha dengan modal minim dan alat produksi yang sederhana. Begitu pun dengan rumah produksi yang disulap dari ruangan tempat tamu singgah, berukuran 4×8 meter.
“Paling hanya kacang, minyak, tepung, bawang, dan ikan teri. Kalau kacang ada yang saya datangkan dari Sukan, Talisayan, juga dari Flores,” cerita perempuan Kelahiran Kampung Dealer Maumere Flores, 19 Desember 1967 silam.
Dengan modal tidak banyak, dia hanya ingin produknya dikenal terlebih dahulu oleh banyak orang. Sudah beberapa toko dan supermarket seperti Unggul Mart dan Oky Swalayan yang sudah mulai terima produk Lia Home Made itu.
Tidak hanya para ibu, anak-anak yang sudah putus sekolah dan anak-anak SMA diajak untuk membantunya.
“Karena produksinya pada sore hari, mereka juga bisa sekolah. Kalau yang tidak sekolah saya ajak datang bersih-bersih di lingkungan sekitar rumah produksi. Setelah kerja saya beri mereka uang untuk beli sayur,” ungkap Lia.
Karena produksinya masih kecil-kecilan, uang yang diberi kepada mereka juga hanya seikhlasnya saja. Kadang, ada anak-anak yang datang dan meminta agar diberikan kerja lagi. Dia kadang bingung untuk memberi mereka kerja yang pantas.
Lia tak kehabisan ide. Dia pun memilih kacang, mengupas bawang, atau memilah ikan teri untuk produksi.
Namun, doa agar usahanya terus berkembang juga masih dipanjatkan. Kalau usaha tersebut sudah berkembang dan dia kewalahan dengan pesanan atau permintaan, Lia berencana mempercayakan orang untuk membantunya.
Meskipun sudah bisa mempekerjakan satu dua orang di sekitarnya, Bu Lia sendiri masih belum memiliki target, berapa penghasilan yang mesti diperolehnya tiap bulan.
Hitungan untung-rugi baginya adalah perkara pasar. Persoalan yang sedang ia tempuh adalah bagaimana mengembangkan usahanya tersebut.
Lia tak segan turun langsung ke toko-toko. Untuk setiap produk kacang kemasan juga produk lain seperti kue kembang goyang dan kue rambut, dia menjualnya dengan harga sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 30 ribu.
Empat produk kacang kemasan yang dimilikinya yakni kacang kentucky, kacang ting-ting jahe, teri kacang pedas manis, dan kacang gula rasa jahe sudah mendapat sertifikat halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal RI pada 3 Maret 2022 lalu.
Untuk mendapatkan sertifikat itu pun diperlukan waktu yang panjang, usaha yang tidak sedikit, dan keterlibatan banyak pihak.
Produk kacang yang mulanya hanya diproduksi untuk keluarga dan kalangan terbatas itu lalu menemui panggungnya ketika dibukanya Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Berau, pada 2021 lalu.
Setelah mendapat sertifikat PKP, Bu Lia berjuang lagi dengan ulet agar mampu mendapatkan sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), Kabupaten Berau.
Perjuangannya itu rupanya membuahkan hasil. Setelah dinilai layak oleh dinas terkait dengan dibuatnya inspeksi di rumah produksinya, Bu Lia akhirnya memperoleh sertifikat P-IRT dari DPMPTSP Kabupaten Berau, pada Mei 2021.
“Kalau sudah ada P-IRT, baru produk bisa masuk ke supermarket,” katanya.
Pada 21 April 2021 produknya diantar pertama kali ke Oky Mart. “Itu pas Hari Kartini, hari emansipasi wanita,” terangnya dengan wajah penuh merdeka.
Bu Lia pun berharap agar ke depan, produk-produknya makin berkembang, makin dapat dikenal banyak orang, dan rumah produksi Lia Home Made bisa membuka lowongan kerja untuk menampung lebih banyak orang-orang yang membutuhkan pekerjaan. (***)