Mediaetam.com, Kukar – Desa Pela menjadi salah satu desa wisata yang berada di wilayah Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Tak hanya wisata, Desa Pela juga merupakan wilayah konservasi Pesut Mahakam, yang bekerjasama dengan Yayasan Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI).
Diketahui, Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan perairan seluas 42.667,99 hektare menjadi daerah konservasi dan dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona inti, zona pemanfaatan terbatas, dan zona transportasi sungai. Langkah ini diambil untuk mengurangi angka kepunahan Pesut Mahakam. Meskipun begitu, nelayan yang tinggal di sepanjang Sungai Mahakam masih dapat melakukan kegiatan mereka.
Perkiraan jumlah pesut mahakam selama tahun 2022 diperkirakan antara 67 hingga 75 ekor. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kukar, Alfian Noor mengatakan dalam menyambut Hari Lingkungan Hidup pada 5 Juni 2023. DLHK Kukar akan melakukan penghijauan dengan kegiatan penanaman pohon di sempadan sungai.
“Ini merupakan bentuk nyata perhatian pemerintah dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan,” ucap Kepala DLHK Kukar, Alfian Noor. Senin, (5/6/2023).
Dikatakannya, dalam mempertahankan dan memelihara populasi pesut Mahakam yang hidup di Muara Sungai. Warga Desa Pela juga ikut memperhatikan serta memberikan bantuan dan pertolongan pada pesut yang ditemukan atau bahkan yang sudah meninggal di tepian sungai.
Sementara Peneliti dari Yayasan Konservasi RASI, Danielle Kreb Danielle menyebutkan faktor dari kematian Pesut Mahakam sebagian besar disebabkan oleh rengge (kail), jaring ikan, banyaknya aktivitas kapal, hingga racun dan setrum ikan.
“Hal ini menunjukkan bahwa kematian Pesut Mahakam sangat berkaitan dengan aktivitas manusia. Agar kelestarian Pesut Mahakam terjaga, maka dibutuhkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan yang sudah berlangsung di perairan Mahakam selama ini,” ungkapnya.
Selain itu, kapal-kapal besar yang melintas di Sungai Mahakam juga mengganggu gerakan pesut mahakam karena hewan ini bergantung pada sonar untuk bergerak dan tidak bisa melihat. Oleh karena itu, pihak terkait telah melakukan pertemuan dengan perusahaan tambang besar di kawasan Mahakam Tengah untuk meminta mereka mengatur alur tongkang batu bara agar tidak mengganggu pesut mahakam.
“Salah satu cara yang diusulkan adalah dengan memberikan jeda pada kapal-kapal tersebut agar tidak memenuhi sungai dengan tongkang. Kami juga mendatangkan sebuah alat bernama fish finder yang bisa mendeteksi jika ada pesut mahakam yang mendekat menggunakan gelombang frekuensi,” sebutnya.
Dalam mendukung upaya perlindungan, pelestarian, dan pengelolaan kawasan konservasi serta spesies ikan yang terancam punah, partisipasi masyarakat sangatlah penting. Bersama-sama, kita dapat menjaga habitat Pesut Mahakam di sepanjang perairan Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. (Indah Hardiyanti)