Mediaetam.com, Tenggarong – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur mencatat produksi beras di Kukar pada l 2018 sebanyak 83.036 ton, lalu di tahun 2019 turun 70.136 ton. Penurunan ini sebabnya beragam, salah satunya pertambangan.
“Untuk produksi ditahun 2020 sementara masih divalidasi dan nanti menjadi kewenangan Badan Pusat Statistik untuk merilis,” ucap Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Peternakan (DPP) Kukar Sugiono saat diwawancarai Mediaetam.com di kantornya, Selasa (29/12/2020) siang.
BacaJuga
Dirinya menambahkan, penurunan produksi beras yang terjadi akibat beberapa hal. Salah satunya, luasan padi ladang yang berkurang.
“Sebelumnya luas, tetapi setelah keluar aturan tidak boleh membakar hutan dan lainnya akhirnya turun drastis,” ucapnya.
Petani ladang ini sebenarnya ingin beralih ke lahan sawah tetapi tapi butuh waktu untuk beradaptasi. Dirinya sangat menyayangkan hal tersebut, menurutnya petani ladang berpindah ini sebenarnya tidak membakar hutan akan tetapi mereka punya metode sendiri dalam menanam yang diwariskan turun temurun..
Selain itu faktor lainnya karena terserang hama dan penyakit di beberapa titik. Meski tidak berpengaruh signifikan menurutnya hal ini juga sangat menganggu dan Kukar belum punya stok pestisida.
“Harusnya saat hama dan penyakit menyerang kita sudah bisa siap sedia untuk membantu petani,” ucapnya
Selanjutnya terkait kultur tanah, menurutnya tanah di Kukar untuk padi sawah ada yang turun ada yang naik, ini disebabkan karena PH tanah rendah.
“Peruntukan untuk padi belum memenuhi syarat,” ucapnya.
Oleh itu sudah betul jikalau pemerintah memberikan anggaran untuk pengapuran tanah untuk menaikkan ph karena terlalu rendah berbeda dengan pertanian holtikultura.
Hal yang lain juga menurutnya adalah adalah minat masyarakat untuk bertani juga semakin menurun.
Dia menambahkan faktor yang lain yaitu ada beberapa lahan produktif yang berubah menjadi lahan pertambangan.
“Hal ini sangat berpengaruh tapi kita tidak bisa apa-apa karena hal itu di luar dari tupoksi kerja kami, tidak bisa dicampuri,” ucapnya.
Harapannya pemerintah melihat dulu mana lokasi yang mau ditambang, kalau menurutnya sawah jangan ditambang.
Selain itu meski bukan di lahan sawah tetapi aktivitas disekitaran sawah juga sangat menganggu seperti dari debu air tambang.
“Kita juga sedih melihatnya, karena petani komplainnya ke kami,” ucapnya.
Dirinya berharap kedepan kedepan pertanian kukar bisa maju dan harapan bupati pertanian dapat di mekanisasi jadi kaum milenial juga tertarik. Selain itu anggaran pertanian juga harus masuk prioritas karena kebutuhan yang banyak. (Akbar)
Caption : Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Distarnak Kukar Sugiono. (Mediaetam.com/Akbar)