TENGGARONG – Tak ingin ada makanan terbuang sia-sia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar) kini mendorong kolaborasi lintas sektor untuk memanfaatkan pangan berlebih menjadi berkah bagi masyarakat yang membutuhkan.
Langkah ini dibahas dalam rapat koordinasi finalisasi rancangan Rencana Strategis (Renstra) tahun 2025–2029 yang digelar di Hotel Grand Elty Singgasana Tenggarong, Selasa (11/11/2025). Kegiatan tersebut juga membahas pemutakhiran peta kerentanan dan ketahanan pangan serta neraca bahan makanan di wilayah Kukar.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kukar, Sunggono, yang hadir mewakili Bupati Kukar Aulia Rahman Basri, menegaskan pentingnya kerja sama dari semua pihak dalam memperkuat ketahanan pangan daerah. Menurutnya, masalah pangan bukan hanya soal kekurangan, tetapi juga bagaimana mengelola kelebihan yang kerap tidak termanfaatkan dengan baik.
“Kita ingin mengkolaborasikan dua sisi: bagaimana membantu daerah yang masih rentan pangan dan di sisi lain memanfaatkan kelebihan pangan, terutama dari hotel dan rumah makan. Jangan sampai makanan layak konsumsi justru terbuang,” ujarnya.
Sunggono mencontohkan, penyaluran makanan berlebih dari hotel, restoran, atau dapur umum ke panti asuhan dan lembaga sosial bisa menjadi langkah nyata dalam mengurangi pemborosan sekaligus membantu masyarakat rentan. Menurutnya, ide sederhana ini bisa membawa dampak sosial besar jika dikelola dengan baik.
Selain itu, ia menekankan pentingnya edukasi bagi kepala desa di wilayah yang teridentifikasi rentan rawan pangan. Dengan memahami penyebab utama kerentanan, intervensi yang dilakukan pemerintah bisa lebih tepat sasaran.
“Setiap wilayah punya masalah berbeda. Kalau distribusi sulit, kita bantu di transportasi. Kalau soal tenaga kesehatan atau gizi, penanganannya juga berbeda. Jadi, semua berbasis hasil pemetaan yang kita lakukan hari ini,” jelasnya.
Program Penyelamatan Pangan
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kukar, Ananias, mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menyiapkan program sosial bertajuk “Pangpangan” (Penyelamatan Pangan). Program ini menggandeng relawan dari Kelompok Wanita Tani (KWT), Ikatan Remaja Masjid, hingga mahasiswa untuk menyalurkan pangan berlebih kepada masyarakat yang membutuhkan.
“Sekitar 16 persen pangan di Kukar terbuang di meja makan, terutama dari hotel dan rumah makan. Melalui gerakan Pangpangan, kami ingin pangan berlebih itu disalurkan ke panti asuhan, pondok pesantren, atau warga rentan lainnya,” terang Ananias.
Lebih dari sekadar menekan angka pemborosan, program ini juga menjadi upaya menjaga lingkungan dari limbah makanan yang berlebihan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, Pemkab Kukar ingin membangun sistem ketahanan pangan yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan.
“Kalau semua pihak bergerak bersama, tidak hanya masalah pangan yang terselesaikan, tapi juga tumbuh kesadaran baru untuk lebih bijak dalam mengelola sumber pangan yang kita miliki,” tutupnya. (Nur/Adv/Prokom Kukar)








