Mediaetam.com, Samarinda – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Samarinda gelar refleksi akhir tahun. Mereka mengusung tema “2020 Indonesia Positif Kacau, 2021 Tunggu Vaksin Solusi HMI” di Gerbang Universitas Mulawarman, Jalan M Yamin, Samarinda, Rabu (30/12/2020).
“Tahun 2020 akan segera berakhir, banyak fenomena maupun peristiwa yang telah terjadi sepanjang tahun dan menimbulkan berbagai reaksi dari publik,” ucap Ketua Cabang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Samarinda Nurhariyani, saat di wawancarai Mediaetam.com, Rabu (30/12/2020).
BacaJuga
Dia menyebutkan, salah satunya wabah Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia. Tak terkecuali Indonesia.
Saat ini, kata Nurhariyani, jumlah korban yang meninggal dunia akibat Covid -19 sebesar 21.073 berdasarkan data atgas Penangan Covid-19 Per 29 Desember 2020.
“Pemerintah lamban dalam melakukan pencegahan masuknya Covid-19 ke Indonesia dan juga lambat dalam mengatasi efek yang ditimbulkan oleh pademi Covid-19,” ucapnya.
Pada masa pandemic, kata dia, justru ada aksi kilat pemerintah bersama DPR-RI yang mengesahkan Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Dia meyakini, berbagai pihak menilai langkah tersebut terlalu cepat dan tidak terbuka. Oleh karenanya, muncul berbagai pasal dalam UU Cipta Kerja tersebut, dinilai hanya menguntungkan salah satu pihak. Yakni penyedia modal.
“Al-hasil, terjadilah berbagai aksi protes yang dimotori oleh kaum mahasiswa dan serikat buruh untuk menolak pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja,” ucapnya.
Fenomena tersebut menurutnya mempertegas kondisi pemerintah, yang tidak mendengarkan rakyatnya dan terjebak pada kepentingan golongan. Dampaknya, lanjut dia, terbentuknya kristallisasi kekuasaan politik dan ekonomi yang kemudian melahirkan kembali sistem oligarki.
“Maka tak heran timbullah rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap Pemrintahan Jokowi-Ma’ruf,” kata Nurhariyani.
Dia menambahkan, terdapat 36,01 persen masyarakat tidak puas dengan kinerja Jokowi, dan hanya 39 persen masyarakat yang puas dengan kerja Ma’ruf Amin merujuk survei Populi Center 9 November 2020.
Dia melanjutkan, sikap ketidakpuasan masyarakat terhadap Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf semakin meruncing dengan terjadi korupsi di tubuh Kabinet Indonesia Maju. Terbaru ialah kasus korupsi dana bantuan sosial (Bansos) oleh Menteri Sosial Julian Batubara dan kasus impor bibit lobster oleh Menteri Perikanan dan Kelautan Edhy Prabowo.
Selain itu, HMI Samarinda juga menyorot terjadinya penembakan terhadap 6 orang anggota FPI. Menurut Yani, sapaan akrabnya, hal tersebut adalah bentuk extrajudicial killing.
“Hal ini juga sekaligus menambah deretan panjang pelanggaran HAM di Indonesia,” ucap mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Mulawarman tersebut.
Dia mengatakan, berangkat dari gambaran berbagai permasalahan yang terjadi. Maka dapat dikatakan bahwa Indonesia saat ini sedang sakit, oleh karenanya perlu vaksin berupa langkah kongkrit untuk menyelesaikan tiap masalah yang terjadi.
Langkah yang harus diambil menurutnya ialah Kendalikan wabah Covid-19 s melalui penegakan protokol kesehatan dan peningkatan fasilitas kesehatan, Wujudkan keadilan hukum bagi Seluruh masyarakat indonesia, Lakukan transprasi dalam pengambilan keputusan serta menegakan nilai-nilai demokratis yang mulai luntur.
“Reflekasi hari ini harus kita maknai sebagai proses penemuan kembali semangat untuk membangun Indonesia agar mampu menghadirkan masyarakat adil makmur yang dikehendaki oleh tuhan yang maha esa,” ucapnya.
Dalam agenda refleksi akhir tahun ini, HMI Samarinda mengeluarkan rapor merah pemerintah Jokowi-Ma’ruf selama satu tahun.
“Untuk hukum dan Ham, politik dan ekonomi, pembangunan, kesehatan, dan pendidikan kami beri nilai E, dan pemerintahan oligarki dan pemodal kami beri nilai A,” tutupnya.
Sebagai informasi refleksi akhir tahun ini diisi dengan berbagai puisi dan orasi dari kader HMI Samarinda dan pada esok hari akan dilanjutkan dengan agensa HMI Peduli Umat berbagi 30000 masker dan 100000 hand sanitizer kepada Pondok Pesantren di Kota Samarinda sebagai bentuk kepedulian HMI bagi para santri yang akan segera belajar secara tatap muka. (Akbar)