Tenggarong – Kepala Desa Margahayu, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Rusdi, menegaskan bahwa sektor perkebunan dan pertanian menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat desa.
“Desa Margahayu memiliki sekitar 4.000 jiwa penduduk dan 1.200 kepala keluarga. Sekitar 35 persen masyarakat menggantungkan hidupnya di sektor perkebunan, khususnya kebun karet dan kebun sawit. Selebihnya berada di sektor pertanian, terutama pesawahan,” ujar Rusdi, Rabu (16/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa bantuan bibit karet dari program pemerintah yang diterima sekitar satu dekade lalu kini mulai memberikan hasil nyata bagi masyarakat.
“Alhamdulillah, bantuan bibit karet yang diterima sekitar 10 tahun lalu kini telah memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat,” ucap Rusdi.
Sementara itu, pengembangan kebun sawit masih dalam tahap awal dan baru mencakup sekitar 10 persen dari total lahan perkebunan warga.
“Generasi muda kini mulai beralih dari buah-buahan ke sawit karena melihat potensi besar. Terlebih, kami dekat dengan pabrik PT Niaga Emas, dan menjadi desa binaan dari perusahaan tersebut,” katanya.
Sebagai bentuk inovasi dan penyesuaian terhadap kebijakan ketahanan pangan, Desa Margahayu kini mengalokasikan dana desa untuk penyertaan modal ke BUMDes Mandiri Sejahtera.
“Kami sedang menjajaki kerja sama dengan pabrik di Palaran agar hasil karet olahan bisa langsung ditampung oleh BUMDes, tanpa harus ke Samarinda. Ini akan mengurangi biaya operasional dan membantu petani,” jelasnya.
Rusdi menyebutkan bahwa saat ini terdapat 20 kelompok tani yang telah memiliki legalitas resmi. Sebagian besar kini beralih ke kebun sawit, seiring menyusutnya luas lahan sawah.
Namun, ia mengakui bahwa tantangan terbesar masih terletak pada aspek pemasaran, terutama untuk komoditas karet.
“Petani karet sering menghadapi kendala karena pemasaran jauh dan harga yang cenderung stabil tanpa kenaikan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Biaya operasional jadi tinggi,” katanya.
Ia menekankan pentingnya peran BUMDes sebagai mitra strategis bagi petani.
“BUMDes akan menjadi pengendali transaksi hasil panen, membeli langsung dari petani, dan menjual ke pabrik. Harapannya, petani tidak terbebani ongkos kerja dan bisa lebih fokus pada produktivitas,” ujarnya.
Rusdi juga berharap adanya dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan para pemangku kepentingan melalui pendampingan dan pelatihan.
“Selama ini masyarakat hanya menyadap karet, langsung dijual tanpa nilai tambah. Kami ingin ke depan ada pelatihan agar hasil bisa lebih bernilai,” tutupnya.








