Masyarakat Pedesaan yang Ternyata Lebih Rentan Bunuh Diri

Ilustrasi (pngtre)
Ilustrasi (pngtre)

TENGGARONG – Suasana duka menyelimuti warga Desa Kota Bangun Ulu, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), setelah seorang perempuan muda berusia 27 tahun ditemukan meninggal dunia akibat gantung diri, Rabu pagi (23/7/2025), sekitar pukul 08.00 WITA. Kejadian ini pun menambah daftar isu kesehatan mental masyarakat.

Kepala Pos Disdamkarmatan Kota Bangun, Abdullah, menyampaikan bahwa korban pertama kali ditemukan oleh tetangganya. Kejadian ini terungkap setelah terdengar tangisan dari anak perempuan korban yang tinggal bersamanya. Sementara sang suami diketahui sedang berada di luar kota untuk bekerja.

“Korban ditemukan tergantung dengan tali rafia di leher, kakinya masih menyentuh lantai. Dugaan sementara, kejadian ini terjadi pada dini hari,” jelasnya.

Peristiwa tersebut segera dilaporkan ke pihak kepolisian dan petugas pemadam kebakaran setempat. Tim dari Polsek dan Disdamkarmatan Kota Bangun langsung menuju lokasi untuk melakukan evakuasi dan pemeriksaan awal.

Pihak keluarga menyatakan bahwa mereka menerima kejadian ini sebagai musibah dan menolak dilakukan autopsi. Jenazah almarhumah kemudian diberangkatkan ke kampung halamannya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menggunakan ambulans desa pada pukul 13.25 WITA.

“Jenazah sudah kami antarkan ke Kalimantan Selatan, menggunakan ambulans desa. Anak korban kini telah mendapat pendampingan dari warga dan paguyuban Banjar,” ujar perwakilan Pemerintah Desa Kota Bangun Ulu.

Desa Kota Bangun Ulu, adalah wilayah desa yang membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan dari pusat pemerintahan Kutai Kartanegara, Tenggarong. Kejadian ini, menunjukkan kerentanan bunuh diri pada masyarakat desa seperti yang ada dalam laporan Profil Statistik Bunuh Diri Pertama di Indonesia: Analisis Tingkat Bunuh Diri dan Percobaan Bunuh Diri, Pelaporan yang Tidak Lengkap, Distribusi Geografis, Gender, Metode, dan Karakter Pedesaan yang dipublikasi di The Lancet Regional
Health – Southeast Asia.

Dalam laporan itu, dipaparkan mayoritas kematian yang terdokumentasi dalam data SRS tahun 2018 terjadi di daerah pedesaan (55 dari 70 kasus), menghasilkan rasio 1:3,67 antara insiden di daerah perkotaan dan pedesaan. Setelah disesuaikan dengan proporsi populasi di daerah perkotaan dan pedesaan, rasio tersebut menjadi 1:4,47.

Kematian akibat gantung diri menyumbang 53% dari kasus bunuh diri yang dilaporkan di daerah pedesaan, dan 67% di daerah perkotaan, menghasilkan rasio angka kejadian 1:1,26 untuk kematian akibat gantung diri di daerah perkotaan dibandingkan pedesaan. Kematian akibat keracunan diri terjadi dengan rasio 1:1,54, dengan tingkat yang lebih tinggi di daerah pedesaan.

Kasus percobaan bunuh diri seperti ini menyoroti pentingnya kesadaran akan kesehatan mental di masyarakat. Banyak faktor yang dapat mendorong seseorang ke titik putus asa, termasuk tekanan hidup, masalah ekonomi, konflik keluarga, hingga gangguan kesehatan mental yang tidak ditangani dengan baik.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami tekanan emosional atau memiliki pikiran untuk bunuh diri, segera cari bantuan. Berikut beberapa layanan kesehatan mental yang dapat dihubungi:
* Layanan Sehat Jiwa Kemenkes RI (SEJIWA): 119 ext. 8
* Yayasan Pulih: (021) 78842580 / 0813-1832-5166
* Into The Light Indonesia (Pusat Pencegahan Bunuh Diri): intothelightid.org
* Psikolog atau Psikiater Terdekat: Bisa diakses melalui puskesmas, rumah sakit, atau aplikasi kesehatan daring.
Jangan ragu untuk berbicara dengan orang terdekat atau mencari bantuan profesional. Anda tidak sendirian, dan ada banyak pihak yang siap membantu.

Nur Fadillah Indah/mediaetam.com

Bagikan:

Pos terkait