Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa curhat ke DPR soal desakan masyarakat agar ia mundur setelah beberapa jam menggantikan Sri Mulyani. Ia mengaku kapok berbicara sembarangan lagi, mendengar itu, para anggota DPR RI pun menertawakannya.
Senin, 8 September 2025 kemarin, Presiden Prabowo Subianto mencopot 5 menterinya, dan langsung melantik beberapa menteri pengganti. Satu di antaranya adalah Menkeu Purbaya Yudhi.
Usai seremonial, ia mendatangi kantor barunya untuk melakukan konferensi pers. Di momen itu, ia ditanya oleh awak media soal tuntuan 17+8, terutama yang berkaitan dengan perekonomian.
Meski tuntutan itu sudah ramai beredar di media massa dan media sosial, Purbaya rupanya tidak terlalu memerhatikannya. Sehingga ia belum tahu terlalu jelas soal apa saja tuntutan yang berkaitan dengan kementeriannya.
Namun masalahnya bukan pada ketidaktahuannya, melainkan pada respons sinisnya. Bukannya mengakui bahwa belum memonitor tuntutan masyarakat sipil, ia justru menjawab bahwa tuntutan itu lahir dari sekelompok kecil masyarakat berpendapatan kecil. Alias tidak mewakili aspirasi seluruh ataupun sebagian besar rakyat Indonesia.
“Itu kan suara sebagian kecil rakyat kita. Kenapa? Mungkin sebagian ngerasa keganggu, hidupnya masih kurang,” ujar Purbaya.
Karena bukan keresahan banyak orang, Purbaya yakin gelombang protes itu akan mereda seiring perbaikan kondisi ekonomi di eranya.
“Suatu saat nanti saya ciptakan pertumbuhan ekonomi 6 persen, 7 persen itu akan hilang dengan otomatis. Mereka akan sibuk cari kerja dan makan enak dibandingkan mendemo,” imbuhnya.
Langsung Diminta Lengser
Pernyataan itu sontak memicu kemarahan masyarakat. Karena belum juga sehari bekerja sebagai menteri ekonomi, ia sudah membuat blunder serupa dengan beberapa anggota dewan yang nasibnya berakhir tragis di tangan masyarakat beberapa hari sebelumnya. Purbaya dinilai tidak memiliki empati, pun tidak mau belajar dari pengalaman. Sebab kekacauan besar yang terjadi belakangan, terpicu oleh ucapan tidak sopan para pejabat.
Gelombang protes besar-besaran terjadi di media sosial. Bahkan warganet turut menyerang akun media sosial pribadinya. Meski kebanyakan masih menggunakan kata-kata yang sopan, namun isinya jelas; masyarakat kecewa terhadap blunder di hari pertama Purbaya, dan memintanya mundur dari kursi Menkeu.
Curhat ke DPR, Mengaku Kapok
Di tengah tekanan yang belum mereda, Purbaya tetap melaksanakan tugas barunya. Seperti saat mengunjungi rapat kerja (Raker) dengan Komisi XO DPR RI, Rabu 10 September 2025 tadi.
Pada momen itu, Purbaya memperkenalkan dirinya kembali –sebab sebelumnya ia sudah sering menghadiri rapat di DPR RI, namun dalam statusnya sebagai ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kali ini, ia hadir sebagai menteri keuangan, sehingga ia berniat memperkenalkan diri sekali lagi.
“Ini, Pak … kunjungan saya yang pertama sebagai Menteri Keuangan, betul Pak, biasanya sebagai LPS,” ujarnya.
Setelahnya, ia menceritakan tekanan publik yang ia dapatkan akibat berbicara sembarangan.
“Kalau waktu (menjabat sebagai) ketua LPS, saya katanya ngomongnya kayak agak koboi, sekarang enggak boleh saya, Pak. Saya baru merasakan dampaknya, rupanya beda,” seloroh Purbaya, lalu ditertawakan oleh anggota dewan yang hadir.
Mendengar perkataan itu, seorang anggota dewan menimpali, “Pak Menteri, boleh koboi, tapi ada isinya.”
“Siap, siap. Terima kasih, Pak,” timpalnya singkat penuh arti. (gis)