Hanya berselang 10 hari. Jenderal Lapangan Aliansi Mahakam Renaldi Saputra yang mulanya dipuja oleh warga sipil karena kepemimpinannya pada Aksi 1 September Samarinda. Menjadi bahan tertawaan akibat kekecewaan karena keterlibatannya dalam bakti sosial bersama polisi. Bahkan di internal aliansi pun muncul trust issue, hingga merembet ke persoalan dana aliansi. Waduh!
Pada 1 September 2025 siang, di sekitaran Kantor DPRD Kaltim di Samarinda. Renaldi bersama rekan sesama petinggi Aliansi Mahakam melayani wawancara dari awak media. Ia menjawab soal tudingan rencana kekerasan dalam Aksi 1 September, dan menangkal adanya rencana pelemparan bom molotov.
Ketika berita itu tersiar, namanya langsung harum. Ia mendapat pujian dari masyarakat sipil yang sejak awal memiliki keraguan terhadap kasus bom molotov. Penangkapan terduga provokasi di tengah aksi juga semakin membuat masyarakat bersimpati. Seolah dukungan besar yang mereka beri, baik berupa moril di media sosial ataupun bantuan logistik langsung tak sia-sia. Masyarakat menitipkan perjuangan pada Aliansi Mahakam.
Dinodai Bakti Sosial
Pada Kamis, 11 September 2024. Polresta Samarinda menggelar bakti sosial bersama Aliansi Mahakam dan komunitas driver ojek online (Ojol) di Kompleks Gelora Kadrie Oening.
Pada bakti sosial tersebut, polisi, mahasiswa, dan driver ojol membagikan 600 karung beras kemasan 5 kilogram dan 1 liter Minyakita kemasan secara gratis kepada masyarakat.
Kapolresta Samarinda Kombes Pol Hendri Umar menjelaskan, baksos ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara kepolisian, mahasiswa, dan pemuda dalam menjaga keamanan dan ketertiban (kamtibmas).
“Selain menyampaikan aksi unjuk rasa, kami bisa juga menunjukan kerja sama yang baik, sama-sama punya niat baik dalam membangun Samarinda,” ucap Hendri Umar, melansir dari Kaltim Post.
Di mata publik, agenda seperti ini dianggap sudah biasa. Tapi menjadi heboh karena pidato singkat Jenlap Aliansi Mahakam Renaldi Saputra, yang bukan sekadar hadir membawa panji aliansi, juga mengucapkan terima kasih atas kegiatan tersebut.
Potongan videonya pun langsung meluncur ke seluruh penjuru internet di Kalimantan Timur. Namanya menjadi sorotan besar, tapi bukan untuk kesan positif seperti sebelumnya.
Masyarakat Sipil Kecewa
Warga sipil di media sosial pun menumpahkan kekecewaannya terhadap Aliansi Mahakam, khususnya pada Renaldi. Mereka tak menyangka, Aliansi Mahakam berubah kompas begitu cepat.
Dukungan deras yang mereka kerahkan pada para mahasiswa itu pun berbalik menjadi kekecewaan yang mendalam. Bahkan ada yang sampai mengaku menyesal telah mendukung secara langsung aksi tersebut. Ada pula yang mengecam untuk tidak lagi percaya pada aksi mahasiswa.
Pun ada yang memberi sindiran pada Renaldi –dianggap telah mendapat dana besar dari kesediaannya berkolaborasi dengan polisi.
Trust Issue di Internal
Kekecewaan masyarakat kepada Aliansi Mahakam pada akhirnya membuat anggota aliansi bingung. Bukan karena merasa aksi jenlapnya itu benar. Namun karena mereka sebenarnya juga kecewa pada kehadiran Renaldi di bakti sosial itu. Tapi karena Renaldi hadir sebagai perwakilan aliansi, mereka pun ikut mendapat sindiran keras dari publik Kaltim.
Dalam kemarahan yang membingungkan itu, Aliansi Mahakam langsung menggelar konsolidasi internal di Taman Unmul pada Kamis malam. Konsolidasi itu sebenarnya tak lebih dari persidangan untuk Renaldi Saputra.
Selain menuntut penjelasan soal keterlibatannya pada bakti sosial –yang dijawab oleh Jenlap bahwa sehari sebelumnya ia sudah menggelar pertemuan dengan para petinggi aliansi terkait acara tersebut. Di mana seluruh penjelasannya pada akhirnya masih menyimpan keraguan di benak anggota yang hadir. Sikap ketidakpercayaan pun merembet ke masalah uang.
Para anggota merasa belum mendapat laporan keuangan yang layak, bahkan menilai laporan keuanggan janggan dan tidak rasional, dalam waktu 10 hari setelah aksi. Ini adalah pertanyaan besar, sebab Aliansi Mahakam adalah gabungan dari banyak lembaga mahasiswa dan sipil. Serta mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak sebelum menghelat Aksi Akbar 1 September Samarinda.
Sayangnya bendahara aliansi tidak hadir di tempat. Sehingga Renaldi hanya bisa menjelaskan bahwa penggunaan uang donasi sudah tercatat namun belum tersusun dengan rapi dan akan segera dirincikan dengan lengkap.
Bukan Kemunduran Aliansi
Berdasarkan laporan Sketsa Unmul, sang Jenlap juga mengklaim bahwa kehadirannya di bakti sosial bukanlah bentuk kemunduran, tapi merupakan sebuah komitmen dalam upaya aksi yang damai. Bukan demonstrasi dengan kegiatan perusakan dan kekerasan.
“Sesuai dengan rilis yang kami buat itu tidak untuk melegitimasi terkait pengerdilan atau kemudian kemunduran dari pada gerakan kita hari ini, itu adalah bentuk komitmen kita bahwa gerakan di Kalimantan Timur khususnya Samarinda itu adalah aksi yang damai.”
“Satu yang tadi kami tegaskan aliansi akan tetap turun ke jalan atau kembali melakukan gerakan-gerakan yang benar-benar mewakili masyarakat Samarinda atau Kalimantan Timur. Untuk salah satu tindakan yang kami lakukan menyimpul kembali kelompok-kelompok, kawan-kawan yang mulai renggang.”
“Untuk hasil konsol malam ini kita sepakat bahwa perangkat aksi tetap. Kemudian akan ditambah beberapa perangkat aksi yang kurang berdasarkan evaluasi kemarin. Untuk pergerakan ke depan, jelas kita bakal membangun simpul-simpul untuk kemudian membangun agitasi ke mahasiswa dan masyarakat, dan melakukan rencana tindak lanjut terkait ke depan mau aksi di mana dan aksinya seperti apa?” simpulnya.
Ujung dari kontroversi yang terjadi, Renaldi tetap berdiri sebagai jenderal lapangan Aliansi Mahakam. (gis)