Dua dari tiga kemenangan Borneo FC di Super League musim ini didapat lewat permainan yang kurang meyakinkan. Namun laga kontra Persijap adalah yang paling jelek versi Fabio Lefundes. Ia senang, tapi tidak puas.
Oleh: Ahmad A. Arifin (Dang Tebe)- Pengamat Borneo FC
Pukul 16.28 di Minggu sore, 24 Agustus 2025. Sebelas pemain Borneo FC Samarinda memasuki lapangan pertandingan Stadion Segiri dengan kepala tegak. Kepercayaan diri mereka sedang penuh-penuhnya.
Dua kemenangan di 2 laga awal, belum pernah kebobolan, serta menghadapi tim promosi di kandang sendiri. Tak ada alasan bagi Nadeo cs gentar. Dua menit kemudian, wasit Thoriq Alkatiri meniup peluit tanda pertandingan dimulai. Pasukan Samarinda langsung berusaha menggempur, berniat menguasai bola dan mencari keunggulan cepat. Namun baru beberapa menit, muka mereka menegang.
Persijap Menangi Perang Taktik di Paruh Pertama
Tak hanya para pemain Pesut Etam yang memasang muka kecut. Para pendukung di tribun juga melongo. Kok bisa, Persijap yang baru mentas di kasta tertinggi, memainkan sepak bola modern serapi itu?
Tak ada yang menaruh ekspektasi bahwa tim Jepara yang merupakan tim tamu, dengan skuad yang tak terlalu mewah. Malah menekan tuan rumah di hadapan 5 ribuan pendukung setianya.
Persijap tak memberi kesempatan Borneo FC memainkan sepak bolanya. Mereka langsung dan selalu menekan sedari lini belakang Pesut Etam. Menguasai lini tengah. Membuat tuan rumah frustasi. Hingga akhirnya memilih memainkan sepak bola reaktif, mengandalkan umpan-umpan panjang untuk menembus pertahanan lawan.
Di sisi serangan, Wahyudi Hamisi dkk justru tampil lebih tenang, membuat beberapa peluang berbahaya yang sayangnya, mereka sendiri yang tak mampu mengonversinya menjadi gol.
Di tahap ini, jelas bahwa Fabio Lefundes dan Mario Lemos sedang berperang taktik. Dan pemenangnya adalah Lemos, pelatih muda asal Portugal yang gaya bicaranya chill itu.
Gol Joel Mengubah Situasi
Di tengah kefrustasian, jelang menit ke-24, Juan Villa menerima sodoran Fajar, dengan sedikit dribbling, ia membuat umpan lambung tanpa melihat –matanya ke kiri, kakinya mengoper ke kanan. Joel Vinicius dan Coutinho menyerbu bola itu, lepas dari jebakan offside, dan dengan dingin, Joel melepas tendangan kaki kanan dari sudut sempit. Gol!
Gol yang dirayakan dengan topeng Black Panther dan berujung kartu kuning itu sedikit membuat Persijap goyah. Pada sesi konferensi pers pascalaga, Lemos mengatakan bahwa timnya kehilangan kendali karena gagal merespons gol tersebut.
“Konsentrasi anak-anak langsung turun drastis setelah gol itu. Saya sampai harus meneriaki mereka, meminta melanjutkan permainan yang sudah direncanakan di sesi latihan.”
“Karena ini baru menit ke-24, tertinggal 1-0 dengan sisa waktu sebanyak itu, harusnya kami tetap tenang.”
Klaim Penalti Bikin Tensi Tinggi
Pada menit ke-39, penjaga gawang Persijap melakukan tembakan jauh ke dekat kotak penalti Borneo. Franca berada di posisi yang tepat, melakukan sprint dengan bola. Dikawal ketat oleh Fajar, Hirose, dan Rivaldo –yang memepet badan Franca sepanjang aksi serangan tunggal itu.
Tepat di momen krusial, Franca terjatuh di kotak penalti akibat body charge yang dilakukan Rivaldo. Nadeo yang mendapati bola, sempat men-delay bola beberapa detik, menatap wasit apakah akan menghukum timnya dengan tendangan 12 pas. Namun Thoriq hanya menggerakkan jari telunjuknya ke kanan-kiri, yang artinya: bukan pelanggaran.
Dari tribun VIP, kejadian itu terlihat jelas. 50:50, antara penalti dan tidak. Penentuannya harusnya sulit, tapi Thoriq bahkan tak meminta waktu untuk review VAR. Pertandingan dilanjutkan, tapi pemain Persijap yang belum pulih dari kekecewaan atas keputusan sang pengadil pertandingan. Tak bisa bermain dengan pikiran jernih. Tensi pertandingan langsung meningkat. Bek kiri Jepara bahkan sempat ingin mendamprat Fajar usai duel fisik. Untung berhasil dihentikan oleh Lemos yang nyelonong masuk ke lapangan untuk menangkapnya. Kalau tidak, chaos yang lebih besar tentu akan terjadi.
Di masa tambahan waktu babak pertama, tuan rumah menutupnya dengan sepakan penalti Peralta. Hasil dari hansball pemain belakang Jepara.
Setelah 23 menit memenangkan perang taktik, lalu terkubur oleh gol tak terduga, hadiah penalti yang mereka anggap harusnya didapat, dan keunggulan ganda tuan rumah dari titik putih. Wajah seluruh pemain Persijap memerah penuh amarah. Di pinggir lapangan, staf pelatih, ofisial, dan pemain cadangan bahkan meninggalkan lapangan lebih dulu sebelum peluit akhir babak pertama ditiup. Kecewa.
“Ini bukti bahwa kami memang kekurangan pengalaman. Pemain tak seharusnya terganggu oleh kejadian non teknis terlalu lama sampai mengorbankan pertandingan,” ungkap Lemos usai laga.
Pertarungan Sesungguhnya di Babak Kedua
Entah apa yang dikatakan Lemos pada jeda babak. Yang pasti, timnya tampil lebih rileks sedari babak kedua mulai. Mereka kembali ke jalur permainan. Di sisi lawan, Borneo FC juga tampil lebih lepas karena memiliki keunggulan 2 gol.
Pertandingan jadi lebih menarik. Aksi jual beli serangan terjadi. Tak ada yang lebih dominan.
Menit ke-74, pemain pengganti Persijap Dicky Kurniawan mengambil tendangan bebas di dekat kotak penalti Borneo. Bola meluncur deras tanpa mampu ditepis oleh Nadeo. Itu adalah bola pertama yang masuk ke gawang penjaga gawang timnas tersebut. Ada gestur ketidakrelaan dari Nadeo, karena setelah berjibaku menghalau berbagai peluang, ia justru kebobolan untuk pertama kalinya di Super League dari sepakan tendangan bebas.
Gol itu membuat muka pemain Persijap dialiri darah, menghangat, siap membuat gol kedua. Tapi dua menit berselang, Joel mencetak gol keduanya usai memanfaatkan umpan Peralta. Hukuman itu terlalu kejam bagi Persijap. Harapan membalik keadaan dibunuh saat berumur 2 menit.
Menang lewat Sepak Bola Jelek
“Saya sangat bahagia dengan kemenangan ini, tapi tidak suka dengan cara kami bermain. Karena permainan kami tidak terlalu bagus.”
“Tapi kalau saya disuruh memilih antara main bagus tapi tidak menang, atau main jelek tapi menang. Saya tetap pilih menang,” itulah perkataan Fabio Lefundes usai laga. Perkataannya tentu tak mengada-ngada. Karena itu lah kesimpulan dari total 102 menit pertempuran di lapangan Segiri yang rumputnya aduhai itu.
Statistik Pertandingan
Meski ada jarak besar pada hasil akhir, sebenarnya statistik pertandingan menunjukkan bahwa permainan kedua tim cukup berimbang. Tuan rumah unggul penguasaan bola 60:40 persen, membuat 14:16 tembakan, 6:4 tembakan tepat sasaran.
Sementara Persijap unggul dalam hal membuat peluang, mereka menciptakan 10:7 peluang dibanding Borneo.
Mario Lemos dengan rasa bangga menyebut timnya sudah bermain bagus, terlepas beberapa menit di mana mereka kehilangan kendali akibat keputusan wasit. Namun menyadari ada jurang kualitas antara kedua tim karena tuan rumah lebih berpengalaman.
“Sangat jelas kami kalah pengalaman. Beberapa pemain kami bahkan baru menjalani debut di Super League, sementara Borneo punya pemain bagus dan berpengalaman. Itu yang membuat perbedaan di pertandingan ini,” simpul Lemos.
Atas hasil ini, Borneo FC menjadi pemuncak klasemen, serta menjadi satu-satunya tim yang belum pernah kehilangan poin di Super League musim ini. (has)








