Saat memenangkan 2 laga awal musim ini, publik sepak bola Indonesia menyoroti buruknya kualitas lapangan Segiri. Ketika Borneo FC memecahkan rekor 4 kemenangan beruntun di awal musim, hampir semua memberi selamat dan respek. Namun saat kini melewati 7 laga dengan sempurna, para pemirsa mulai gerah.
Oleh: Ahmad A. Arifin (Dang Tebe) –Pengamat Borneo FC
Selepas Magrib pada Sabtu, 18 Oktober 2025. Stadion Segiri menjadi saksi bisu atas perayaan kecil-kecilan atas kemenangan ketujuh dari tujuh laga musim ini. Berbeda sekali dengan 2 laga kandang sebelumnya, kali ini para suporter yang tetap hadir ke stadion selepas hujan badai, sedari awal sudah menyangka kalau timnya akan menang. Hal itu terlihat dari permainan yang didominasi oleh tuan rumah sejak awal.
Sementara ketika mengalahkan Persis (1-0) dan Persija (3-1), para pendukung lebih dulu dibuat menderita karena tim lawan yang begitu tangguh.
Tapi kali ini saya sedang tak membahas tentang jalannya laga Borneo FC Samarinda kontra Persik Kediri. Melainkan fenomena yang terjadi di media sosial selepas pertandingan itu.
Semua akun-akun sepak bola mengumumkan hasil pertandingan, dengan menyertakan narasi ‘Borneo FC masih sempurna’. Reaksi warganet beragam, ada yang memberi respek sekaligus menerka bahwa musim ini akan menjadi milik tim Samarinda. Ada pula –kebanyakan malah, yang mulai gerah.
Komentar Sinis untuk Kesempurnaan Borneo FC
Berbagai komentar sinis pun mulai membanjiri. Banyak yang meremehkan pencapaian ini karena Pesut Etam diuntungkan jadwal. Sampai pekan ke-9, Pasukan Samarinda telah melalui 5 laga kandang, 2 tandang. Sisa 2 laga adalah laga tandang, namun tertunda karena dampak demonstrasi akbar dan kualifikasi Piala Dunia.
Pun ada yang berkomentar bahwa raihan Borneo FC kali ini hanya keberuntungan, karena belum melawan klub besar selain Persija.
Intinya sih, gerah. Kok bisa sih, ada satu tim yang selalu menang, sedangkan tim-tim lain menjalani periode naik-turun.
Reaksi sinis semacam ini sebenarnya normal dalam sepak bola. Sangat normal bahkan. Jika ada tim yang bukan favorit juara, namun melaju jauh meninggalkan para pesaingnya, maka akan timbul banyak pertanyaan dan keraguan.
Terlebih memang, Borneo FC punya riwayat sebagai tim yang selalu panas di awal musim, lalu kehabisan bensin di putaran kedua. Itu sudah terjadi sejak musim 2019, jadi ya, dugaan bahwa Pesut Etam akan mengulangi tren itu musim ini adalah hal yang … biasa saja. Apalagi kedalaman skuad Pasukan Samarinda kali ini terbilang tipis.
Penjelasan dari ‘Sang Pemenang’
Ada kalimat yang terkenal di kalangan pendukung sepak bola, yaitu, “Yang menang merayakan, yang kalah menjelaskan.”
Tapi kali ini, mari kita –sebagai pendukung tim yang menang, menang, menang, menang, menang, menang, menang memberikan penjelasan.
Pertama, soal ketimpangan laga kandang dan tandang Borneo FC. 5:2 memang cukup jauh. Tapi ini adalah keuntungan yang tidak disengaja. Pasalnya untuk 10 laga pertama Pesut Etam, ILeague sudah mengatur 5 laga kandang dan 5 tandang.
Namun laga tandang kontra Persib ditunda beberapa menit sebelum tim sampai hotel di Bandung. Dampak dari memanasnya situasi negara akibat demonstrasi akbar di seluruh penjuru Nusantara.
Satu laga tandang lainnya kontra Malut United juga ditunda karena libur dadakan demi memberi waktu optimal bagi Timnas Indonesia yang berjuang di ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia.
Kedua, soal, “Wajar menang di kandang.” Faktanya, sejauh ini, hanya Borneo FC (5) dan Persib (2) yang masih sempurna di kandangnya sendiri. Itu berarti, tidak ada jaminan bahwa main di kandang pasti menang.
Pesut Etam sendiri, tidak memenangkan seluruh pertandingan kandang dengan mudah. Aspek utama penentu kemenangan mereka adalah taktik pelatih yang berubah-ubah setiap laganya, penampilan mengejutkan beberapa individu, lalu ‘teror’ yang diberikan pendukung di tribun.
Dua kemenangan atas Bhayangkara dan Persis didapat dengan susah payah, berakhir dengan skor 1-0. Kemenangan atas Persija juga tak kalah susahnya. Kalau saja Macan Kemayoran tak runtuh mentalnya di babak kedua dan terus memeragakan permainan penuh ancaman seperti babak pertama, tuan rumah bisa saja tak akan merayakan di akhir laga. Persik juga dikalahkan dengan susah payah karena sejak awal memilih bermain bertahan total.
Tim Besar Bisa Kalah, Tim Kecil Mampu Menang
Ketiga, Borneo FC belum bertemu tim-tim besar kecuali Persija. Langsung saja ke fakta bahwa tim elite tidak akan selalu menang di sepak bola. Di Super League musim ini, Dewa United, Malut United, Persib, dan Persija diprediksi akan menjadi tim yang sulit dikalahkan. Nyatanya, Dewa United dengan materi pemain mewahnya, sudah 4 kali kalah. Dua di antaranya didapat dari tim yang baru sekali dan 2 kali menang. Yakni Semen Padang dan Madura United –yang sementara ini menempati papan bawah.
Malut United yang diperkuat pemain-pemain juara, telah 2 kali kalah atas PSIM dan Persik –yang keduanya dikalahkan Borneo FC.
Kemudian Persib yang juara bertahan 2 musim beruntun, sudah 2 kali kalah dari tim kuda hitam Persita, dan tim promosi Persijap. Persija pun mendapati jumlah kekalahan yang sama, 2 kali.
Artinya, setiap pertandingan itu selalu tidak pasti. Tim yang tampil lebih baik di hari itu akan menang. Tak peduli tim besar, langganan juara, spesialis papan tengah dan bawah, ataupun tim promosi.
Kesimpulan
Para pendukung Borneo FC tak perlu panas atas sinisme pendukung lain. Karena hal seperti itu adalah lumrah. Tapi di sisi lain, kesempurnaan Borneo FC sejauh ini adalah sebuah rekor yang akan dicatat dalam sejarah sepak bola Indonesia. Sebagai rekor kemenangan beruntun di awal musim yang begitu panjang, dan akan sangat sulit dipecahkan. Sangat layak untuk mendapat respek dari siapapun.
Udah ah, capek. (has)








