Mitos dan Fakta Konsumsi Mi Instan: Mana yang Benar?

Ilustrasi: seorang anak wanita sedang menyantap mi instan. (Tấn Hùng Lê/ Pixabay)

Mi instan sering kali menjadi pilihan cepat dan praktis saat perut lapar di waktu mepet. Namun, di balik kepraktisannya, banyak beredar mitos terkait mi instan: “mengandung lilin”, “berbahaya jika direbus bersamaan bumbu”, “harus dibuang air rebusannya”, dan lain-lain. Lantas, mana yang fakta dan mana yang sekadar mitos?

Berikut uraian lengkap mitos vs fakta konsumsi mi instan, berdasarkan penelaahan dari para pakar dan lembaga kesehatan:

Mitos Vs Fakta Mi Instan

Mengandung Lilin

Mi instan mengandung lilin, sehingga air rebusan berwarna kuning diklaim sebagai lilin yang larut. Muncul saran bahwa air rebusan mi harus dibuang, dan mengonsumsi mi dengan air baru.

Ternyata, ini termasuk mitos. Warna kuning dan minyak yang muncul di air rebusan berasal dari sisa minyak dari proses deep frying saat produksi, bukan lilin.

Air Rebusan Mi Harus Dibuang?

Ini masih ada kaitannya dengan pembahasan di atas. Lantas apakah air rebusan memang harus dibuang meski tidak mengandung lilin? Faktanya, sebagian vitamin dan mineral (misalnya zat besi, zinc, vitamin A) yang difortifikasi ke dalam mi instan dapat larut ke dalam air rebusan. Jika airnya dibuang, sebagian kandungan gizi ikut hilang.

Bumbu Mi Instan Jangan Kena Air Panas?

Ada informasi yang beredar jika bumbu mi instan yang mengandung MSG bisa menjadi zat karsinogen jika dipanaskan tinggi. Ternyata, tidak ada bukti kuat bahwa MSG dalam kadar normal berubah menjadi zat kanker bila dipanaskan. Penggunaan MSG dalam kadar yang diizinkan oleh regulasi pangan masih dianggap aman untuk sebagian besar orang.

Mi Instan Sehat?

Sudah jelas ini mitos ya, Bestie. Mi instan tidak bisa menggantikan makanan utama karena kekurangan kandungan protein, serat, vitamin, dan mineral penting. Mi instan lebih cocok sebagai makanan selingan.

Tiap Hari Makan Mi Bikin Jantung Sehat

Konsumsi mi instan setiap hari aman bagi jantung. Itu adalah mitos. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi mi instan yang sering dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah, kadar trigliserida, dan risiko penyakit kardiovaskular.

Risiko & Catatan Penting Konsumsi Mi Instan

Kandungan natrium tinggi: Satu porsi mi instan bisa mengandung natrium sekitar 600 hingga 1.500 mg, yang mendekati atau melebihi sebagian besar kebutuhan harian natrium.

Risiko konsumsi gabungan mi + nasi: Kebiasaan mencampur mi instan dengan nasi bisa menambah beban karbohidrat berlebih, sementara nutrisi lain tetap kurang.

Efek jangka panjang: Konsumsi mi instan terlalu sering (lebih dari beberapa kali seminggu) dapat menimbulkan beban metabolik dan meningkatkan risiko penyakit jantung, hipertensi, obesitas.

Tips Konsumsi Mi Instan yang Lebih Sehat

Batasi frekuensi: Sebaiknya mi instan dikonsumsi tidak terlalu sering — cukup 1–2 kali per minggu.

Tingkatkan gizi pendamping: Tambahkan sayuran (sawi, wortel, bayam), sumber protein (telur, tempe, ayam) agar nutrisi lebih seimbang.

Kurangi bumbu kemasan: Gunakan separuh atau kurang dari paket bumbu, atau ganti sebagian dengan bumbu alami (bawang putih, bawang merah, cabai, rempah).

Gunakan seluruh kuah (jika aman): Saat kuah tidak terlalu asin, biarkan larut semua kandungan gizi yang terfortifikasi.

Variasikan menu: Jangan jadikan mi instan sebagai rutin utama — ganti dengan nasi, ubi, jagung, dan sumber protein sayuran dan lain sebagainya.

Dengan memahami mitos dan fakta tersebut, konsumsi mi instan bisa lebih bijak — tidak terlalu dikhawatirkan jika dilakukan secara terkendali dan disertai pola gizi seimbang. (gis)

Bagikan:

Pos terkait