Nadeo Argawinata adalah satu-satunya pemain yang secara personal dipuji oleh Fabio Lefundes di hadapan awak media usai laga Borneo FC kontra Persija, Minggu lalu. Pujian itu terlontar karena sang penjaga gawang telah memuluskan 50 persen rencananya.
Oleh: Ahmad A. Arifin (Dang Tebe) –Pengamat Borneo FC
Beberapa jam setelah laga, saya tumbang. Hari ini lumayan pulih, dan itu kenapa tulisan dengan topik ini baru rilis. Maaf atas info tidak penting ini. Lanjut baca yuk.
Malam Derby Orens di Samarinda, Stadion Segiri sesak. Penonton membeludak. Bahkan tribun media dipenuhi oleh penonton umum –harusnya tak boleh. Lapor stewart tak berdampak apa-apa. Benar-benar tak ada tindakan nyata untuk membersihkan area kami. Beberapa jurnalis akhirnya bekerja dari tangga, bukan meja yang harusnya mereka tempati.
Kali ini saya bersama jurnalis senior, gondrong, tapi tidak nyopet. Saya memanggilnya Ketua Rizal. Sedari awal saya sudah menantikan 2 momen di babak pertama, yaitu permainan Borneo FC dan reaksi kesal Ketua Rizal.
Ya, saya sudah menduga tuan rumah akan bermain pasif lebih dulu. Mengandalkan serangan balik untuk mencuri gol pertama, setelah itu baru memanfaatkan momen unggul untuk menguasai balik pertandingan.
Jika saya yang seorang awam saja sudah tahu kelemahan Persija adalah serangan balik. Mana mungkin Fabio Lefundes yang memiliki segudang taktik tak menyadarinya kan?
Perang Taktik; Jebakan Persija
Mundur beberapa menit sebelumnya. Ketika saya menyusun line-up untuk situs yang menjadi rujukan utama semua pecinta bola dunia –kalian pasti juga. Saya bingung bukan main, karena Persija di Daftar Susunan Pemain (DSP) tampak menurunkan 3 CB. Padahal biasanya mereka bermain 4 bek, mengandalkan duet CB Ridho-Amat.
Setelah mencari referensi sana-sini dan berujung mentok, saya mantapkan diri untuk menentukan formasi Persija adalah 3-4-2-1 atau 3-4-3. Begitu para pemain berbaris di posnya masing-masing, ternyata benar. Macan Kemayoran mencoba taktik baru di laga ini.
Tahu apa artinya? Lefundes benar memainkan taktik defensif di awal babak dan mengandalkan serangan balik cepat. Mauricio Zousa ternyata mampu menebak isi kepala lawannya, dan membuat taktik anti-counter attack.
Bermain dengan 3 bek, dan memadatkan pemain di area tengah adalah rencananya untuk menjebak Borneo FC. Hal ini terang saja di luar ekspektasi Lefundes, tapi ia memilih untuk tetap menjalankan rencana utamanya.
Kejutan Persija, Tangkalan Nadeo Argawinata
Bukan hanya tak mampu melancarkan rencana serangan balik cepat, Pesut Etam justru terkurung dalam permainannya sendiri. Build up yang selalu dimulai dari Komang-Christope tak berjalan lancar akibat lebarnya jarak dengan lini lainnya.
Jarak itu tercipta karena Fajar dan Caxambu merangsek agak ke depan, karena memang itu lah rencananya. Namun Rivaldo yang harusnya menjadi jembatan, justru lebih sering berada di tengah jauh. Membuat Komang dan Christope kewalahan, bahkan beberapa kali membuat kesalahan.
Tapi bukan itu bagian terburuknya. Adalah Persija sendiri, yang bermain sangat, sangat, sangatttttt bagus. Saya berani jamin, sepanjang musim ini, Persija adalah tim yang bermain paling bagus di Segiri.
Macan Kemayoran menekan seluruh area dan pemain Borneo FC. Ketika mendapat bola, langsung melancarkan serangan direct. Tidak ada tarik ulur, tidak ada delay. Dapat bola, langsung diarahkan ke gawang Nadeo Argawinata.
Sampai setengah jam berlalu, tuan rumah belum juga mendapatkan peluang emas. Peralta seolah terkunci. Juan Villa selaku playmaker sudah berupaya maksimal, tapi tak memiliki banyak ruang. Sebaliknya Persija terus menggempur pertahanan Pasukan Samarinda dengan trengginas dan cepat.
Kalau saja Nadeo tak tampil gemilang, tim tamu mungkin sudah unggul 2-3 gol di 30 menit awal.
“Ini tuan rumahnya Persija, kah?”
Nah, akhirnya Ketua Rizal mengeluh. Sesuatu yang sudah saya tebak akan terjadi. Ia memang pecinta permainan sepak bola. Dalam sudut pandangnya, sepak bola itu harus atraktif, dedikatif, dan penuh pertarungan. Sebagai sesama penyuka Borneo Style ala Pieter Huistra, saya memahaminya.
“Sabar dulu, ini memang rencananya Lefundes. Main bertahan sampai gol pertama, baru berubah permainan,” saya coba menenangkannya. Meskipun jujur, saya juga mulai waswas.
Walaupun bermain pasif adalah langkah yang benar, tapi kejutan permainan Persija membuat siapapun di tribun Segiri akan sesak melihat Pesut Etam yang tampak tak berdaya.
Sorakan besar hanya datang ketika Nadeo, terus-menerus membuat penyelamatan gemilang. Bukan aksi serangan aduhai ke gawang Persija.
Gol Pertama Datang Terlambat
Menjelang akhir babak pertama, Ketua Rizal sudah kehabisan minat menonton. Ia frustasi. Sama sih.
Dengan sedikit ketenangan tersisa, karena melihat Persija yang begitu manyala. Saya cuma bisa bilang, “Yang bisa membunuh permainan Persija malam ini hanyalah gol pertama Borneo.”
Gol pembunuh itu akhirnya tiba, tapi di waktu yang … sangat terlambat. Di masa tambahan waktu babak pertama, Joel Vinicius akhirnya membobol gawang Andritany lewat tendangan biasa, setelah ia terpontang-panting ketika menyambut umpan Juan Villa.
Setelah gol itu, harusnya adalah waktu Borneo FC membalikkan situasi. Namun wasit keburu meniupkan peluit akhir pertandingan. Yah, bayangan tentang pemain Persija kehilangan taji pun sirna begitu saja. Karena setelah istirahat babak pertama, segala hal bisa terjadi. Momentum yang hilang bisa dibangkitkan lagi.
Rencana Jahat yang Brilian dari Lefundes
Babak kedua dimulai. Sebuah tontonan yang tak saya bayangkan akan segera tersaji. Lefundes merencanakan sesuatu yang di konferensi pers, saya terang-terangan bilang, “Coach, kamu sangat brilian malam ini!”
Sumpah. Saya bilang begitu di kesempatan bertanya yang saya dapatkan. Untuk memberi apresiasi pada ide-ide gilanya sepanjang pertandingan. Begini ceritanya.
Begitu babak kedua dimulai, Borneo FC benar-benar bermain keluar –menyerang. Sangat berbeda dengan tontonan di babak pertama. Ketua Rizal yang sepanjang paruh pertama manyun, kini mulai tersenyum. Ia senang melihat cara Pesut Etam bermain menyerang dan penuh energi. Sepatutnya tim tuan rumah lah.
Persija yang saya sebut sebagai tim dengan permainan terbaik di Segiri musim ini –pada babak pertama. Tanpa diduga kehilangan kegarangannya. Tak ada lagi tekanan ketat, tak ada lagi serangan lugas. Tak ada lagi penguasaan lini tengah. Mereka sepenuhnya dikuasai tuan rumah.
Sebaliknya, Juan Villa menari-nari di lini tengah. Mengeluarkan sihirnya, mengorkestrasi permainan timnya. Memimpin Pasukan Samarinda mendominasi lini pertahanan lawannya.
Setelah bertubi-tubi serangan, Kei Hirose muncul sebagai pencetak gol kedua. Lagi-lagi asis brilian dari Juan Villa. Gol itu, diakui oleh Andritany setelah laga telah membunuh mentalitas rekan-rekannya. Membuat pemain Persija percaya tak ada momentum pembalikan setelah tertinggal 2 gol di Segiri. Drop!
Ditambah, setelah unggul 2 gol, Lefundes menarik Maicon –penyerang sayap. Digantikan oleh Hussein –bek tengah. Saya kira Komang akan maju sedikit menjadi gelandang bertahan, lalu Rivaldo bermain lebih bebas. Ternyata Lefundes menginginkan taktik 5 bek! Wkwkwk. Bener-bener nih pelatih.
Bertahan Total untuk Perpanjang Rekor
Pada akhirnya, Pesut Etam menghabiskan setengah jam sisa pertandingan, untuk membiarkan mereka diserang habis-habisan. Kelonggaran ini membuat Persija seperti punya asa. Namun di situ lah jebakan balasan dari Lefundes.
Karena dengan 5 bek, dan bermain super defensif, Persija nyaris tak memiliki kesempatan membuat gol. Mentalitas yang sempat tumbuh tadi, seolah dihancurkan lebih keras oleh realita yang dihadirkan taktik Lefundes.
Justru di akhir babak kedua di waktu normal, Borneo FC yang justru menambah keunggulan menjadi 3-0 lewat gol debut Coutinho. Saya pikir sudah selesai, ternyata Persija membuat Nadeo ‘terluka’ karena gagal clensheet setelah bermain super apik sepanjang laga. Lewat gol tak terduga Gustavo.
Pada akhirnya, Derby Orens dimenangkan oleh tuan rumah. Kemenangan keenam secara beruntun, memuncaki klasemen dengan selisih poin sangat jauh, sekaligus memperpanjang rekor win streak menjadi 6 laga.
Penampilan Nadeo Adalah Kuncinya
Mari kembali lagi ke babak pertama yang menjadi pertaruhan kedua pelatih dari masing-masing tim untuk mencari poin di laga ini. Kedua tim bermain sesuai rencana, namun satu-satunya pembeda bukanlah gol Joel, melainkan 5-7 penyelamatan gemilang Nadeo Argawinata.
Tanpa ketangguhannya, akhir laga mungkin akan berbeda ceritanya. Karena rencana Lefundes adalah memimpin lebih dulu. Kalau dengan permainan kejutan yang dihadirkan Persija, justru timnya lebih dulu tertinggal. Maka pertarungan taktik dan mental telah dimenangkan Persija sejak awal. Namun berkat Nadeo yang berjibaku sepanjang babak pertama, Lefundes bisa dengan tenang mengeksekusi 3 taktik dalam 1 laga yang telah ia siapkan.
Bisa dibilang, aksi Nadeo adalah setengah dari keberhasilan Borneo FC malam itu. Makanya setelah pertandingan, di hadapan awak media, tanpa diminta, Lefundes secara khusus memuji kiper asal Kediri tersebut.
“Nadeo bermain sangat bagus tadi. Itu adalah hasil kerja kerasnya. Ia layak masuk timnas, sebenarnya.”
Pujian pendek. Tapi tak ada nama pemain lain yang secara khusus ia sebut setelahnya. Karena seluruh pemain telah dirangkum dalam pujian, “Semua pemain bermain sangat bagus. Walaupun bukan saya yang ada di sini hari ini (menjadi pelatih), Borneo FC tetap akan menang dengan permainan seperti tadi.”
Dia boleh berkata begitu, tapi gelar pelatih terbaik pekan ini jatuh padanya. Itu adalah apresiasi nyata dari Liga, bahwa perannya di laga lawan Persija sangatlah besar –tentunya, gelar itu datang berkat aksi gila seorang Nadeo Argawinata juga. Hal yang sudah ia akui secara tersirat.
Udah, ah. Capek. (has)