Mediaetam.com, Morowali – Komandan Kodim Morowali dan Morowali Utara Letkol Infanteri Constantinus Rusmanto pastikan kondisi keamanan di area maupun sekitar industri pengelolaan nikel yang dikelola oleh PT Gunbuster Nickle Industry (GNI) di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah sudah dalam keadaan kondusif pascabentrok yang berujung maut dan merenggut korban jiwa, Sabtu (14/1).
“Suasana sudah kondusif. Mari kita sebarkan ini kepada masyarakat supaya jangan ada lagi yang takut dan berencana meninggalkan tempat bekerja sehingga GNI segera bisa beroperasi kembali,” tutur Constantinus dalam acara pertemuan dengan pemda dan tokoh masyarakat.
Acara tersebut dipimpin oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Morowali Utara Musda Guntur di Kolonodale, Senin (16/1).
BacaJuga
Terkait upaya pemulihan, Constantinus menuturkan hal yang terpenting yaitu bantuan dari camat dan kepala desa agar dapat mewanti-wanti warga, tokoh-tokoh masyarakat, dan pendatang di wilayahnya masing-masing supaya tak terpancing isu negatif saat ini masih bersliweran.
Dirinya juga mengatakan bentrok maut yang terjadi pada Sabtu (14/1) awalnya aksi damai pekerja, akan tetapi ada kepentingan lain yang mencoba menimbulkan konflik SARA.
“Ini sebenarnya aksi damai dilakukan oleh pekerja, tapi ditunggangi untuk kepentingan lain. Ada upaya membuat konflik SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), baik di dalam Morowali Utara maupun antara tenaga kerja asing (TKA) dan karyawan WNI. Perlu kolaborasi lintas sektor untuk mencegah masalah seperti ini,” kata Constantinus.
Dirinya menyangkal mengenai kabar dan isu yang telah beredar bahwa kondisi mencekam di GNI, padahal saat ini kondisinya sudah kondusif.
Oleh sebab itu, perlu adanya penyebaran informasi positif ke publik karena setelah peristiwa tersebut sangat berpengaruh pada investasi besar di Morowali
Dia berpendapat kejadian ini bisa berpengaruh pada kepercayaan investor, terlebih perusahaan besar yang saat ini menanamkan sahamnya di kabupaten tersebut.
“Sebelas ribu karyawan GNI dan pihak vendor dengan tiga ribu karyawan terpaksa menghentikan aktivitas mereka akibat kejadian ini. Kami juga siap mendukung langkah Polri menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat,” tuturnya.
Manager HRGA PT GNI Muknis Basri Assegaf menuturkan keadaan yang kondusif disebabkan oleh peran serta aparat keamanan yang sigap dalam melakukan keamanan untuk menangani kasus ini.
Oleh sebab itulah kondisi disana bisa terkendali dan dinormalisasi.
Di kesempatan tersebut, dia juga minta dukungan kepada seluruh pihak, tak terkecuali masyarakat yang berada di lingkar tambang agar dapat ikut menjaga situasi keamanan.
“Saya melihat orang-orang yang melakukan tindakan anarkisme itu bukan karyawan yang berasal dari desa-desa lingkar tambang, tapi dari luar, entah dari mana mereka,” kata Muknis.
PT GNI adalah salah satu proyek strategis nasional yang berkecimpung di bidang hilirisasi mineral dan batu bara.
Perusahaan tersebut menggelontorkan investasi dana senilai 3 miliar dolar AS atau sekitar Rp40 triliun.
Investasi tersebut digunakan untuk pembangunan smelter pengolahan nikel menjadi feronikel serta bermacam-macam produk barang jadi dengan menggunakan bahan baku nikel.
Polri mengedepankan penyelesaian masalah dengan dialog. Bentrok terjadi antarpekerja yang berlokasi di industri pengolahan nikel (smelter).
Perusahaan tersebut bernama PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) yang terletak di Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Mabes Polri mengatakan kepolisian akan tetap berupaya untuk menyelesaikan masalah ini dengan berdialog antara para pihak terkait.
Hal ini dilakukan agar tercipta suasana yang kondusif di Morowali.enin.
Upaya dialog dihadiri oleh berbagai pihak yang terlibat, diantaranya yaitu serikat buruh dan perusahaan.
“Saat ini situasi berangsur-angsur kondusif,” tutur Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo.
Dihubungi secara terpisah, Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Kombes Pol. Didik Supratono mengatakan terdapat 2 orang yang dinyatakan meninggal dunia pada kejadian bentrokan itu.
Kedua korban yaitu seorang pekerja yang berasal dari Indonesia dan seorang pekerja asing.
“Korban meninggal dunia dua orang; satu tenaga kerja asing dan satu tenaga kerja Indonesia,” tutur Didik.
Kronologi bentrokan bermula dari unjuk rasa Serikat Pekerja Nasional (SPN) di PT GNI, Sabtu (14/1), pukul 06.00 WIB.
Kejadian berlangsung di dua lokasi, yaitu Pos 4 dan Pos 5 di perusahaan itu.
Aksi unjuk rasa dilakukan akibat reaksi tak tercapainya kesepakatan antara pihak SPN dengan pihak perusahaan PT GNI saat adanya pertemuan dengan Disnaker Kabupaten Morowali Utara, Jumat (13/1).
Unjuk rasa SPN PT GNI itu mengakibatkan adanya kemacetan yang berada di sekitar akses perusahaan.
Sebab sekitar 300 karyawan PT GNI memilih untuk mogok kerja.
Pada aksi itu para pekerja mengajukan 8 tuntutan tentang kesejahteraan dan keselamatan para pekerja.
Tuntutan tersebut diantaranya :
- perusahaan wajib menggunakan prosedur K3 sesuai dengan perundang-undangan
- para pekerja diberikan alat pelindung diri (APD) lengkap
- pemotongan upah yang sifatnya tak jelas diminta untuk dihentikan
- penghentian perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) bagi pekerjaan tetap.
Selain itu, massa demo juga memberikan tuntutan supaya perusahaan dapat mempekerjakan lagi anggota SPN yang kontraknya telah diputus sebab mogok kerja.
Ada juga tuntutan untuk meminta kejelasan hak bagi keluarga Almarhum Made dan Almarhum Nirwana Selle.
Tentang tuntutan itu, PT GNI memberikan tanggapan dengan menerbitkan surat pemberitahuan mogok kerja serta menyetujui 7 dari 8 tuntutan yang telah diajukan karyawan.
Sumber : Dandim Morowali Sebut Bentrok Maut PT GNI Ditunggangi Kepentingan Lain
Editor : Eny Lestiani