Catatan: Akbar Patompo – Calon Ketua Pemuda Tani Kaltim
Menanggapi Krisis pangan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur terkait penurunan luas lahan padi sehingga tingkat produksi beras yang tiap tahunnya mengalami penurunan yang drastis dan bahkan hanya dapat memenuhi kebutuhan sebesar 20% yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan. Juga sumber daya manusia (SDM) yang kini semakin jarang mau berprofesi sebagai petani.
Persoalan ini tak dapat diselesaikan dengan cara mudah. Akan tetapi membutuhkan upaya, strategi, dan regulasi yang tersistematis untuk mengawal dan meningkatkan produktifitas lahan padi sehingga menciptakan generasi petani yang berkelanjutan.
BacaJuga
Pertama, penerapan ekonomi sef-help seperti yang pernah diterapkan oleh negara Jepang yaitu penetapan kebijakan penggunaan lahan khusus peruntukan produksi beras atau komiditi yang menipis. Maka dari itu dibutuhkannya perluasan lahan untuk penggunaan lahan padi melalui kelompok tani yang memang bergerak dibidang petani padi sehingga program tepat sasaran pemerintah untuk bidang pertanian dapat tersalurkan dengan tepat dan cepat.
Kemudian selanjutnya peran pemerintah dari kebijakan terhadap penetapan kepastian harga jual gabah dan beras yang jelas sehingga mengurangi alih lahan pertanian ini serta pengawasan dan pengawalan dalam penggunaan lahan yang diperuntukkan untuk peningkatan produksi beras.
Pemerintah memerlukan menyiapkan satgas pangan sebagai bentuk upaya melihat kondisi krisis pangan tersebut atau dapat melalui kerjasama dengan organisasi-organisasi yang bergerak dibidang pertanian yang peduli terhadap peningkatan produktifitas pangan khususnya beras, Hal ini selaras dengan tujuan pemerintah yakni perencanaan Food Estate agar Swasembada pangan dapat berjalan yaitu kemampuan sebuah negara dalam mengadakan sendiri kebutuhan pangan bagi Masyarakat, dalam upaya tersebut diharapkan dapat memicu pembangunan di bidang lain.
Selain itu, inovasi dan pengembangan sumber daya manusia sangat diperlukan untuk jangka panjangnya kita yaitu memperbaiki system dan konsep untuk membangun SDM Pertanian dimulai dari sekolah, tentunya dengan perbaikan fasilitas (Gedung,kelas,lab, teknologi dan berbasis digitalisasi agar tercipta petani-petani berdasi di Indonesia Emas melalui Kaltim), peningkatan kualitas guru dan dosen Pertanian dan kurikulum berbasis teknologi dan digitalisasi.
Bahkan lebih jauh, program pentingnya bertani harus ditetapkan sejak dini yang harus dimulai dari tingkatan sekolah dasar (Kunjungan lahan pertanian, tata cara pembuatan pupuk, pembibitan tanaman komiditi dan lain sebagainya) sehingga petani tidak hanya sekedar profesi yang dianggap terbelakang oleh sebahagian orang akan tetapi menjadi salah satu cita-cita generasi selanjutnya (FARMERS ARE HEROES)
Kemudian menjawab kembali tantangan krisis pangan ini, penggunaan teknologi yang dapat merekayasa iklim dan penggunaan digitalisasi (smartfarming) karena kedepan persoalan pertanian tidak bisa lagi dijawab hanya dengan program bussines of usual, namun harus dijawab dengan penggunaan teknologi. Segala upaya harus dilakukan dalam peningkatan produksi pangan, selain dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan masyarakat kaltim dan juga kedepannya akan berimplikasi dalam menjawab tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan IKN mendatang. (*)