Banjir di Balikpapan dan Awan yang “Diperas” di Selat Makassar

Hujan deras yang mengguyur Balikpapan pada 27 Agustus 2024. (Nofi/Mediaetam.com)
Hujan deras yang mengguyur Balikpapan pada 27 Agustus 2024. (Nofi/Mediaetam.com)

Malam-malam pada Juli, Agustus, hingga awal September 2024 itu, terasa riuh. Suara pesawat menderu-deru mengitari langit di malam hari di Balikpapan, Samarinda, dan sebagian Kutai Kartanegara. Terkadang, suara deru pesawat, berganti dengan gemuruh suara hujan.

Nofiyatul Chalimah – Kalimantan Timur

Bacaan Lainnya

Pesawat itu, berangkat dari Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (APT Pranoto) Samarinda dan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, untuk menebar garam. Menghalau hujan tak menuju Sepaku, Penajam Paser Utara. Tempat pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru Nusantara, yang targetnya bisa dijadikan tempat upacara pada 17 Agustus 2024. Juga saat itu direncanakan bakal jadi kantor presiden Jokowi di akhir masa tugasnya, walaupun realitanya hingga berita ini ditulis, tak juga presiden benar-benar berkantor di IKN.

Upaya menebar garam menghalau hujan ini disebut operasi modifikasi cuaca (OMC). Tujuannya, agar hujan tak menghambat pembangunan IKN yang lagi dikebut. Tetapi, bagi warga Balikpapan, cuaca saat Juli dan Agustus itu, tak bersahabat. Hujan justru kerap mengguyur, terkadang membuat banjir datang lagi di kota yang diapit Selat Makassar dan wilayah IKN itu.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Balikpapan pun mencatat selama Agustus 2024, ada 4 kali banjir, 6 genangan air, 7 longsor, dan 49 pergerakan tanah. Berbeda pada Agustus 2023, yang tidak ada kejadian banjir, tanah longsor, atau pergerakan tanah di Balikpapan.

Selama 2024, Agustus 2024 menjadi bulan paling banyak bencana hidrometeorologi di Balikpapan. Bencana pun sempat melumpuhkan sebagian kota ini. Misal pada 9 Agustus 2024, Balikpapan diserbu banjir dan longsor. Saat itu, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Kota Balikpapan dari Pukul 03.00 – Pukul 08.30 Wita.

Kemudian, ketinggian pasang air laut Pukul 08.20 Wita setinggi 2,2 meter. Ada 16 titik banjir dengan ketinggian mencapai dua meter, satu titik pohon tumbang, tujuh titik tanah longsor, dan dua pergerakan tanah. Tak sampai seminggu, banjir datang lagi. Jalanan di depan Kantor otorita IKN yang ada di Manggar, Balikpapan itu juga tergenang pada 15 Agustus 2024.

Maka, derita dirasakan warga pada Agustus 2024. Apalagi nelayan. Tidak hanya susah melaut, tetapi rumah mereka juga terendam. Ketua Pokja Pesisir Nelayan Mapaselle memaparkan permukiman nelayan yang kebanyakan di pesisir Balikpapan terkena dampak. Seperti dirinya yang juga bermukim di wilayah Manggar, Balikpapan Timur.

“Rumah kami kena banjir. Ada yang parah juga waktu mau 17 agustusan itu,” papar lelaki yang akrab disapa Selle tersebut, pada 9 Desember 2024.

Ketua Pokja Pesisir Nelayan Mapaselle (Nofi/Mediaetam.com)
Ketua Pokja Pesisir Nelayan Mapaselle (Nofi/Mediaetam.com)

Tidak hanya banjir di rumah, melaut pun susah. Tantangan saat melaut adalah gelombang tinggi. Tahun-tahun sebelumnya, pada Agustus memang ada waktu tertentu nelayan tidak bisa sebab gelombang tinggi. Namun, kesempatan melaut makin kecil karena tak hanya gelombang tinggi, hujan deras dan petir juga menggelegar di Agustus itu.

“Kalau hujan tidak deras, masih bisa berangkat. Tetapi, nelayan banyak tidak ke laut karena hujan deras dan juga petir. Ketika hujan deras itu visibilitas itu terbatas. Sedangkan kapal besar di Teluk Balikpapan dan pesisir Balikpapan itu sekarang ramai sekali. Berbahaya kalau dipaksa,” kata dia.

Dia pun tidak hanya mendengar keluhan dari para /nelayan yang tidak bisa melaut karena cuaca. Obrolan mereka pun mengatakan cuaca pada Juli dan Agustus itu makin tidak bersahabat karena modifikasi cuaca untuk IKN. Balikpapan yang dekat laut pun, kena imbasnya.

“Bukan nelayan saja. Petani sayur juga kesusahan. Gagal panen karena hujan terus. Selain itu, teman-teman yang budidaya jangkrik juga pusing. Karena jangkriknya tidak bisa kena dingin terus-menerus,” sambungnya.

Tingginya curah hujan diamini catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda. Dalam publikasi BMKG Samarinda, pada Agustus 2024 menunjukkan bahwa secara umum wilayah yang mengalami curah hujan tertinggi adalah Kota Balikpapan dan sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara. Data pun menunjukkan Kalimantan Timur mengalami curah hujan kategori Menengah yaitu mulai 100 hingga 300 mm pada Agustus 2024. Meningkat, dibanding Agustus 2023 yang tercatat pada kategori rendah 50 mm hingga menengah yaitu 150 mm.

Tidak hanya di  Balikpapan, di Kota Samarinda yang juga jadi tempat berangkatnya pesawat-pesawat pembawa garam untuk modifikasi cuaca itu, curah hujan juga meningkat. Pada Juli 2024 di wilayah Samarinda, curah hujan bersifat Atas Normal dengan jumlah curah hujan sebesar 149 mm. Namun, angka ini melonjak pada Agustus 2024 yang mencapai 197 mm. Sedangkan, dibanding curah hujan tahun lalu, pada Juli 2023 angkanya hanya 124 mm dan Agustus 2023 hanya 84 mm.

Padahal, prediksi BMKG yang dipublikasi pada awal 2024, secara umum, musim kemarau di Kaltim diperkirakan terjadi pada Agustus 2024.

Bahkan, pada 19 Juli 2024, dalam dialog Waspada Cuaca Ekstrem, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan juga masih memprediksi bahwa musim kemarau masih akan terjadi pada Agustus 2024. Tepatnya pada dasarian I (tanggal 1-10) Agustus 2024.

Namun, curah hujan justru tinggi. Dan Balikpapan yang berada di tepi Selat Makassar, dan jadi gerbang utama menuju IKN, berkali-kali didera banjir.

Grafis data bencana di balikpapan
Grafis data bencana di balikpapan
Anomali Cuaca dan Awan Lolos di Pesisir

Cuaca yang di luar prediksi ini, banyak dikeluhkan masyarakat. Modifikasi cuaca yang lagi dijalankan, dituding jadi alasan wilayah jiran IKN, kena imbas hujannya.

Namun, Kepala Stasiun BMKG Balikpapan Kukuh Ribudiyanto memaparkan bahwa pada 2024 terjadi anomali cuaca. Misal pada Maret-April, seharusnya puncak musim hujan. Tetapi, malah kering. Bahkan, hotspot atau titik panas di bulan itu terbilang tinggi.

Data Sipongi milik Kementerian LHK pun menerangkan di Kalimantan Timur, selama Maret 2024 ada 40 hotspot dan April 2024 ada 213 titik panas. Berbeda pada Maret 2023 hanya ada 3 hotspot dan 4 hotspot pada April 2023.

“Lalu, anomali juga terjadi pada Juli-Agustus, aturan kering. Tetapi hujan. Terjadi anomali suhu muka laut lebih hangat 1 derajat celcius di selat makassar. Makanya, pada Juli- Agustus sering hujan tengah malam,” paparnya.

Sedangkan, modifikasi cuaca yang dilakukan di Kalimantan Timur, disebutnya bukan sekadar untuk pembangunan IKN. Jadi, pada Juni ada permintaan modifikasi cuaca selama seminggu dari PUPR untuk pembangunan waduk Sepaku Semoi. Lalu pada Juli, wilayah Mahakam Ulu dan Penajam Paser Utara ada banjir besar, dari situ Pemda meminta modifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan di PPU. Kemudian, curah hujan masih tinggi, dan dilanjutkan hingga Agustus.

Kukuh juga menegaskan, bahan yang dipakai untuk modifikasi cuaca itu ramah lingkungan yaitu garam dan kapur. Paling banyak adalah garam yang bentuknya seperti bedak bayi dan bisa mengikat air.

“Prinsipnya tidak menggeser. Tetapi mempercepat hujan di lautan. Jadi enggak sampai ke daratan,” jelasnya.

Dia menambahkan, pada Juli Agustus itu, banyak awan yang terbentuk di atas selat Makassar. Jadi garam itu ditebar di lautan. Namun, awan juga sering lolos di Balikpapan yang notabene pesisir, dan hujan terjadi di wilayah ini.

Risiko “Efek Samping”

Modifikasi cuaca juga bisa saja berisiko memiliki “efek samping.” Hal ini disampaikan Ardian Rizal, ilmuwan oseanografi yang menempuh pendidikan marine science di University of Southern Mississippi.

Ardian Rizal dalam wawancara via daring (Nofi/Mediaetam.com)
Ardian Rizal dalam wawancara via daring (Nofi/Mediaetam.com)

“Kita mengintervensi sesuatu yang alami pasti ada dampaknya,” kata Ardian dalam wawancara via video meeting pada 25 Oktober 2024.

Dia menambahkan, untuk melakukan mitigasi pada dampak lain modifikasi cuaca itu perlu kajian lebih lanjut. Tiap wilayah, bisa saja berbeda. Hanya saja, jika berbicara cuaca atau hujan, erat kaitannya dengan laut. Jadi, upaya modifikasi cuaca akan berdampak pada kondisi kolam air laut.

Misal, salah satu dampaknya jika menghentikan curah hujan, laut bisa semakin asin dan menyebabkan intrusi yang berdampak ekosistem. Namun, diakuinya untuk berkomentar lebih lanjut soal kondisi dampak modifikasi cuaca di Balikpapan maupun Samarinda, dia harus memiliki kajian lebih lanjut. Di Amerika sendiri, Ardian menyebut masih jadi diskusi soal modifikasi cuaca yang turut disorot meteorologis dan dampaknya.

Modifikasi Cuaca untuk IKN Disebut Berhasil

Sementara itu, dalam rapat pada 2 September 2024, Dwikorita Karnawati yang menjabat Plt. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), saat itu mengungkapkan bahwa rasio keberhasilan modifikasi cuaca yang dilakukan di Ibu Kota Nusantara (IKN) mencapai 93% sejak dimulai pada 4 Juli hingga 31 Agustus 2024.

Deputi Bidang Modifikasi Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tri Handoko Seto saat itu menambahkan, “Dengan karakteristik hujan sepanjang tahun yang ada, terdapat potensi risiko bencana banjir dan longsor yang besar. Untuk itu, kami berupaya semaksimal mungkin untuk mengurangi curah hujan di wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami bencana seperti banjir dan tanah longsor.” tambahnya.

Dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem ini, BMKG telah mengimplementasikan berbagai metode modifikasi cuaca yang meliputi pembentukan awan dan pengendalian curah hujan melalui teknik-teknik ilmiah yang telah terbukti efektif.

BMKG bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk merencanakan dan melaksanakan modifikasi cuaca secara terkoordinasi.
Dalam rapat ini Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) saat itu, yakni Muhadjir Effendy menyampaikan, untuk menghindari gangguan pembangunan IKN akibat cuaca dan risiko bencana, maka perlu dilakukan OPERASI MODIFIKASI CUACA atau OMC.

Sejalan dengan upaya mitigasi tersebut, modifikasi cuaca di wilayah IKN dan sekitarnya akan diperpanjang hingga 12 September 2024. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan dampak dari potensi hujan ekstrem dan mengurangi risiko bencana yang mungkin timbul.

Dia mengatakan, Operasi Modifikasi Cuaca yang dilakukan pemerintah di IKN adalah upaya untuk meminimalkan risiko bencana sehingga masyarakat tetap aman dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur fisik IKN termasuk pembangunan Bandara VVIP dapat selesai tepat waktu.

“Kita harapkan kalau tidak ada bencana banjir dan tanah longsor atau hujan yang tidak bisa dikendalikan itu bisa dicegah maka target bisa dipenuhi,” ujarnya. (*)

Liputan ini merupakan bagian dari program Fellowship “Mengawasi Proyek Strategis Nasional” yang didukung Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.

 

Bagikan:

Pos terkait