INFO – Perkuat komitmen dalam mendorong UMKM naik kelas dan berdaya saing global, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) bekerjasama dengan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), tingkatkan kapasitas pelaku usaha lokal melalui Bootcamp and Business Matching yang berlangsung di Denpasar Bali belum lama ini.
Pada kesempatan itu, sebanyak empat mitra binaan Pupuk Kaltim dari Kota Bontang turut berkesempatan menjajaki pasar ekspor bersama 30 UMKM lain dari berbagai wilayah Indonesia, yang dipertemukan bersama calon pembeli (buyer) dari tujuh negara. Diantaranya Saudi Arabia, Singapura, Malaysia, Thailand, Jerman, Afrika Selatan dan Filipina.
VP TJSL Pupuk Kaltim Sugeng Suedi, menyampaikan kegiatan ini menjadi kesempatan bagi pelaku UMKM lokal khususnya mitra binaan perusahaan untuk bersaing di pasar global, mengingat bekal yang telah diberikan selama pendampingan Pupuk Kaltim, menunjukkan pertumbuhan usaha binaan yang secara signifikan mampu menghasilkan produk dengan kualitas yang tidak kalah saing. Bahkan pengurusan hak paten maupun sertifikasi produk sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), pun difasilitasi Pupuk Kaltim bagi usaha binaan di berbagai sektor.
Langkah tersebut dipandang perlu, agar mitra binaan tak hanya mampu menghasilkan produk berkualitas dan sesuai standar produksi, tapi juga tata kelola usaha yang lebih profesional untuk memberi jaminan kepada konsumen. Hal ini menjadi salah satu upaya Perusahaan agar pelaku usaha lokal dapat menebus pasar ekspor, sehingga kemandirian dan pertumbuhan ekonomi dari sektor UMKM semakin berkontribusi dalam pembangunan mulai daerah hingga nasional.
‘Pupuk Kaltim terus mendorong UMKM binaan dapat memaksimalkan potensi usaha untuk menjadi unggulan nasional, dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk secara konsisten guna menembus pasar ataupun supply chain ekspor,” ujar Sugeng, Senin (23/9/2024).
Dijelaskannya, melalui kerjasama dengan Kemenkop UKM, Pupuk Kaltim optimis UMKM yang berdaya saing di Kota Bontang dapat terus ditingkatkan. Dimana penguatan kapasitas pelaku UMKM menjadi salah satu tantangan yang dihadapi, untuk memaksimalkan peluang pasar ekspor dari produk yang dihasilkan. Bootcamp dan business matching yang kali ini digelar, pun menjadi sarana efektif untuk mencapai realisasi target tersebut, agar UMKM lokal memiliki pemahaman mendalam terkait langkah ekspor yang harus dipenuhi pelaku usaha dengan pangsa pasar yang jelas.
“Pemahaman inilah yang terus kita dorong, agar produk UMKM kita bisa menembus pasar ekspor dengan baik. Utamanya terkait kendala dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha agar produk bisa lolos sebagi salah satu produk andalan nasional,” lanjut Sugeng.
Sugeng pun memastikan Pupuk Kaltim akan terus mendorong UMKM binaan mengembangkan potensi di pasar ekspor, melihat geliat usaha yang menunjukkan performa dan peningkatan signifikan di berbagai sektor. Selain itu pelaku usaha binaan juga didorong memperluas jaringan penjualan dan promosi, yang difasilitasi pada berbagai program seperti pameran dan expo di tataran lokal hingga Nasional.
“Seperti bootcamp dan business matching ini, menjadi salah satu wadah bagi UMKM membuka peluang terhadap ekspor. Dimana mereka dipertemukan dengan calon buyer, untuk memberikan gambaran sekaligus membantu pelaku usaha melakukan penjajakan peluang tersebut,” terang Sugeng.
Asisten Deputi Pengembangan SDM Kemenkop UKM Rhenaldy, menyampaikan apresiasi atas dukungan Pupuk Kaltim terhadap penguatan kapasitas UMKM agar lebih berdaya saing, dengan penjajakan ekspor produk di berbagai sektor. Menurut dia, hal ini sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan beberapa negara.
Dimana produk UKM Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk menembus pasar ekspor, hanya saja masih banyak pelaku usaha yang belum memahami prosedur dan mekanisme yang harus dilalui. Saat ini jumlah pelaku ekspor dari UKM tercatat 13.775 eksportir, atau 77,28 persen. Namun kontribusinya hanya menyumbang nilai ekspor 6,331 juta USD atau sekitar 4,09 persen. Sedangkan eksportir skala besar mampu menyumbang nilai ekspor 148.609,7 juta USD, atau 95,9 persen.
“Oleh karena itu, bootcamp dan business matching ini menjadi upaya bersama dalam mendorong hal tersebut, agar peluang usaha kecil untuk berkontribusi terhadap pasar ekspor semakin terbuka dengan menerapkan beberapa strategi,” papar Rhenaldy.
Dijelaskannya, bootcamp disiapkan untuk membekali pelaku usaha berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memasuki pasar internasional. Selama bootcamp, pelaku usaha mendalami berbagai aspek penting dalam ekspor, mulai dari memahami prosedur dan regulasi yang berlaku di Indonesia, hingga menguasai strategi pemasaran yang efektif untuk menjangkau pembeli.
Sedangkan secara produk, untuk memasuki pasar ekspor minimal pelaku UKM memerlukan standarisasi atau sudah berlabel SNI. Saat ini, secara umum cakupan jenis produk SNI yang sudah diekspor terdiri dari lima sektor meliputi elektronik, makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, kimia dan farmasi, serta bidang otomotif.
“Bootcamp ini bukan hanya tentang teori, tetapi juga penerapan praktis dalam mempersiapkan pelaku usaha menghadapi tantangan nyata di dunia ekspor. Harapannya, produk yang dihasilkan pelaku UKM mampu Go Global, serta memperkuat kemitraan strategis antara Indonesia dengan Pasar Asia, Eropa, Afrika dan Timur Tengah,” tambah Rhenaldy. (*)