Mediaetam.com, Samarinda – Tahun ini menjadi kedua kalinya umat muslim berpuasa di kala pandemi covid-19. Biasanya menjelang hari raya Idulfitri, masyarakat mudik ke kampung halaman masing-masing. Tak terkecuali di Kaltim. Namun, Senin (19/4/2021), warga dihebohkan dengan kabar pemerintah Kaltim akan memberlakukan penutupan bandara hingga pelabuhan pada 26 April 2021. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghindari pemudik yang akan melakukan perjalanan sebelum tanggal 6 hingga 17 Mei 2021 .
Menyikapinya hal tersebut Wakil Ketua DPRD Kaltim Muhammad Samsun pun ikut memberikan komentar mengenai adanya kabar tersebut. Di awal Samsun mengatakan agar masyarakat jangan langsung panik. Karena menurutnya hal tersebut tidak mungkin terjadi. Mengingat keputusan untuk menghentikan aktivitas bandara atau pun pelabuhan ada di Pemerintah Pusat. .
“Bandara dan pelabuhan itu yang bisa menutup siapa? itu kan hanya ada di kementerian atau pemerintah pusat. Pengelola Bandara itu Angkasa Pura, kan patuhnya di kementerian. Gubernur sifatnya koordinasi. Jadi apa yang perlu dikhawatirkan,” ungkapnya ketika dikonfirmasi media ini Senin (19/4/2021) sore.
BacaJuga
Lanjut Politisi PDIP itu mengatakan, merupakan hal yang wajar apabila sempat terjadi kepanikan di tengah masyarakat mengenai larangan mudik. Apalagi dengan adanya kabar penutupan bandara dan pelabuhan. Hal ini dikarenakan masyarakat hanya terpacu dengan pernyataan dari kepala daerah.
Samsun mengatakan, imbauan larangan mudik yang belakangan gencar dilakukan oleh pemerintah merupakan kebijakan yang benar. Ini merupakan salah satu cara untuk menekan penyebaran COVID-19. Mengingat pandemi hingga saat ini belum benar-benar hilang dari negeri ini.
“Namun permasalahannya kan begini, mudik lebaran memang bisa kita cegah. Tapi, apakah bisa sebelum dan sesudah lebaran tidak terjadi arus mudik dan sebagainya. Jadi tetap lah, namanya mobilisasi. Cuman kita tetap harus mengantisipasi. Artinya, itu pun pasti akan ada orang untuk mencari solusi mudik,” ucapnya.
Menurut Samsun jika imbauan Gubernur yang harus menutup Bandara dan Pelabuhan di Kaltim benar terjadi maka akan menimbulkan permasalahan baru. Apalagi jika penutupan jangka waktunya selama 23 hari, dimulai dari 26 April hingga 17 Mei.
Samsun Menjelaskan, yang menjadi permasalahannya adalah, kondisi Kaltim saat ini belum bisa mandiri dan belum berdaulat di bidang pangan, ekonomi, jasa dan pelayanan. Sehingga diperlukan pertimbangan yang cukup matang untuk mengambil keputusan tersebut.
“Sampai harus mengisolasi diri 23 hari. Pertanyaannya, mampu kah Kaltim?. Tentunya dalam pengambilan keputusan harus mempertimbangkan itu semua,” kata Samsun.
Samsun turut menyoroti, apabila benar keputusan penutupan bandara dan bandara benar dilakukan. Tentu harus ada kejelasan, mengenai apakah keputusan tersebut hanya untuk larangan bagi para pemudik atau untuk seluruh aktivitasnya.
“Harus lebih bijaklah terkait dengan kedaulatan pangan kita masih tergantung dengan daerah luar seperti Jawa dan Sulawesi. Apalagi menjelang lebaran, jangan sampai justru ini akan menjadi kepanikan di pasar yang akan mengakibatkan inflasi menjelang lebaran. Begitu pertimbangannya,” sambungnya.
Bukan kali pertama, kebijakan dari Isran Noor yang dinilai membuat kehebohan ditengah masyarakat. Salah satu contohnya, adalah kebijakan Kaltim Steril yang melarang adanya aktivitas di akhir pekan sabtu dan minggu. Yang kala itu juga telah mengakibatkan terjadinya panic buying di masyarakat.
“Bisa jadi Gubernur hanya mungkin mengucap gitu saja, menanggapi keputusan Pemerintah Pusat di 6-17 Mei menutup. Namun dijawab kalau perlu dari 26 April ini. Tapi itu kan hanya perlu, belum menjadi keputusan. Tetapi sudah membuat panik orang Kaltim,” pungkasnya.(Adv/Idham)