JAKARTA – Meski fenomena El Nino melanda Indonesia, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memastikan tak semua wilayah di Indonesia kemarau.
Dwikorita mengungkapkan, pihaknya memperkirakan ancaman El Nino mencapai puncaknya pada Agustus-September. Mereka memperkirakan, fenomena ini akan berintensitas lemah hingga moderat. Hal ini dapat berdampak pada ketersediaan air serta produktivitas pangan.
Dwikorita juga menjelaskan, dua samudera dan topografi yang bergunung-gunung di sepanjang khatulistiwa memengaruhi wilayah Indonesia. Hal ini menyebabkan kemungkinan adanya perbedaan kondisi cuaca di berbagai wilayah. Satu wilayah mungkin mengalami kekeringan. Sementara tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa kondisi tidak selalu seragam. Beberapa wilayah mungkin mengalami dampak basah dari fenomena ini.
“Kami menghimbau masyarakat untuk terus menjaga lingkungan. Mengatur tata kelola air dengan bijak, dan beradaptasi dengan pola tanah yang ada. Selain itu, memantau perkembangan informasi cuaca dan iklim yang terus berubah dari waktu ke waktu sangatlah penting dan dapat diakses melalui BMKG,” tegas Dwikorita.
Masyarakat diimbau meningkatkan kesadaran dan mempersiapkan diri menghadapi potensi dampaknya.