JAKARTA – Pengalaman pada Pemilu 2014 dan 2019 yang lalu menunjukkan bahwa tingkat konsumsi rumah tangga (RT) dan lembaga non-profit rumah tangga (LNPRT) mulai meningkat 6 bulan sebelum pemilu berlangsung, dan mencapai puncaknya pada saat pelaksaaan pemilu. Hal itu mengindikasikan bahwa pelaksanaan pemilu mendongkrak tingkat konsumsi RT dan LNPRT selama 9 bulan.
“Menariknya, Pemilu 2024 mendatang berpotensi memiliki dampak yang lebih besar dari tahun pemilu sebelumnya, akibat penyelenggaraan pesta demokrasi secara bersamaan,” terang Kepala Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan (PR EMK) BRIN, Zamroni..
Di sisi lain, ungkap Zamroni, justru menjelang pemilu, kecenderungan pemerintah menciptakan kestabilan harga tampak dari upaya menahan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), meski ada kenaikan harga minyak dunia. Tidak jarang setelah pemilu diberi kompensasi dengan menaikkan harga BBM pada awal pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih.
BacaJuga
“Kendati dampak ekonomi terbatas akibat pemilu, tahun depan potensi dampak ekonomi akan lebih besar dirasakan dari pemilu-pemilu sebelumnya. Hal itu akibat pelaksanaan pemilu serentak yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia,” urainya.
Maka dari itu, BRIN mengadakan Economic Outlook. Tujuan dari Economic Outlook adalah untuk melihat proyeksi sejumlah indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, serta nilai tukar lainnya.
“Harapannya, data proyeksi yang disajikan bisa menjadi referensi bagi stakeholders dalam mengambil keputusan, termasuk lembaga pemerintah, dunia usaha, dan peneliti,” pungkasnya. (Bon/Redaksi)