Samarinda – Forum Konsultasi Daerah Percepatan Transformasi Ekonomi di Kalimantan Timur telah terbentuk melalui Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur. Upaya percepatan transformasi ekonomi di Kalimantan Timur ini tentu harus inklusif dan merangkul seluruh elemen masyarakat. Termasuk para perempuan dari berbagai komunitas, apalagi mereka yang rumahnya di sekitar tambang.
Pasalnya, transformasi ekonomi ini akan mengurangi ketergantungan pada penggunaan energi fosil. Termasuk pertambangan yang saat ini berkontribusi 38,38 persen pada PDRB di Kalimantan Timur.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau (YMH), Dicky Edwin Hindarto memaparkan keterwakilan untuk perempuan masih dirasa kurang. Untuk itu, pada Selasa, 22 April 2025, di Samarinda, Yayasan Mitra Hijau menyelenggarakan workshop penguatan perempuan sebagai agen perubahan dalam transformasi ekonomi dan transisi energi berkeadilan di Kalimantan Timur. Para pesertanya adalah perempuan dari berbagai wilayah. Mulai dari anggota PKK di desa yang bersebelahan dengan pertambangan, hingga penggerak organisasi perempuan yang bermukim di perkotaan.
“Para perempuan ini didorong untuk berkontribusi. Sebab, tidak ada yang boleh ditinggalkan dalam transisi energi berkeadilan,” kata Dicky.
Yayuk Anggraini yang juga akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dari Universitas Mulawarman dalam slide pemaparannya menyebutkan tantangan perempuan ada tiga. Mulai dari terbatasnya akses terhadap sumber daya, Informasi, dan teknologi.
“Lalu, minimnya keterlibatan dalam pengambilan keputusan serta norma sosial yang membatasi ruang gerak perempuan,” terangnya dalam slide.
Di sisi lain, M Arifin, akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dari Universitas Mulawarman memaparkan, konstruksi patriarki memang berkontribusi pada pengecilan peran-peran perempuan. Dia mengambil contoh, bagaimana peran perempuan direduksi untuk urusan domestik. Maka dari itu, perlu adanya upaya pengarusutamaan gender dan mendorong perempuan untuk berperan dan vokal pada isu-isu publik. Sebab, pengalaman perempuan akan lebih sahih disampaikan perempuan.
Sejak 2024, para perempuan dari berbagai organisasi dan komunitas sudah mengikuti berbagai diskusi terpumpun hingga workshop. Kegiatan tersebut diorganisir oleh Yayasan Mitra Hijau sebagai bagian dari program Transisi Energi yang Berkeadilan (IKI-JET), yang mendapat dukungan finansial dari Inisiatif Iklim Internasional dari Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim (BMWK) serta Uni Eropa melalui Perjanjian Hibah dengan GIZ.
Workshop pun berlanjut pada 2025 ini. Di dalam forum, para perempuan ini juga mulai berani mengemukakan pengalaman mereka di sektor energi dan bagaimana mereka tak banyak dilibatkan dalam keputusan besar. Termasuk pengalaman kerugian hidup di sekitar tambang. Juga bagaimana cara-cara perusahaan di sekitar mereka memberikan kompensasi.
Mereka pun mengamini, butuh bersuara untuk menyampaikan pengalaman para ibu. Mulai dari menyampaikan bagaimana susahnya para ibu ketika rumahnya kebanjiran, akses air yang sulit, atau susahnya menidurkan anak karena kebisingan tambang di dekat rumah. Juga, menyampaikan apa yang mereka perlukan dengan pengalaman-pengalaman sebagai perempuan. Untuk itu, dengan dukungan YMH, para perempuan ini pun sepakat membentuk Forum Dialog Perempuan Untuk Transformasi Ekonomi Kalimantan Timur. (*)