SAMARINDA – Rabu (9/10) puluhan mahasiswa memenuhi gedung I-Lab Universitas Mulawarman. Hari itu, mereka akan menambah ilmu soal Rekonfigurasi masyarakat adat di Kalimantan Timur.
Hadir dalam acara itu. Dua narasumber yaitu Sri Murlianti, dosen pembangunan sosial, FISIP, Universitas Mulawarman, dan Ketua Nomaden Institute Roedy Haryo Widjono.
Dua narasumber itu membahas bagaimana tantangan peradaban dan kondisi masyarakat di Kalimantan Timur dari dahulu, hingga kini. Diskusi ini menjadi pembuka Pekan Sejarah Universitas Mulawarman (Panah Mulawarman) yang dihelat Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Mulawarman.
Sri Murlianti menjelaskan masyarakat adat adalah sekelompok orang -perorangan yang hidup secara turun temurun di wilayah geografis tertentu. Mereka diikat oleh identitas budaya, hubungan yang kuat dengan tanahnya, wilayah, dan sumber daya alam di wilayah adatnya. Serta sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.
BacaJuga
“Baik yang diatur melalui lembaga adat yang memiliki otoritas untuk mengatur warganya maupun tidak. Sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945,” jelasnya.
Sementara Roedy, di hadapan para mahasiswa di ruangan itu memaparkan kebudayaan adalah jalan kehidupan. Melalui pendekatan etnografi, transformasi dipahami sebagai indikator dan tolok ukur untuk menganalisis.
“Apakah keadaan di suatu tempat dan komunitas setempat menjadi lebih baik atau justru lebih buruk,” kata dia.
Perubahan yang selalu niscaya itu, memang telah memengaruhi seluruh sendi kehidupan masyarakat adat. Namun, tak sedikit pula, transformasi yang mengatasnamakan pembangunan ekonomi berdampak negatif pada masyarakat adat.
Seperti yang terjadi di Kalimantan timur. Industri ekstraktif, perkebunan skala besar dan infrastruktur, yang turut menggerus nilai budaya, menghancurkan wilayah kelola, dan sumber penghidupan masyarakat adat.
Maka dari itu, Roedy pun mengajak para peserta berefleksi dengan kondisi saat ini. Dan turut menampilkan kutipan dari Sastrawan Milan Kundera yang berbunyi, “Jika hendak menghancurkan sebuah bangsa, hancurkan sejarahnya, hancurkan pengetahuannya, dan hancurkan kebudayaannya. Maka, bangsa itu akan musnah.” (Mediaetam.com)